tujuh

22 4 0
                                    

Pagi nya Jani di kejutkan dengan teriakan Yurin yang menggelegar ke seluruh penjuru ruangan. Bahkan bukan hanya Jani saja yang kaget semua nya baik yang sudah bangun atau pun belum langsung terkaget-kaget.

"BANGUN WOI! UDAH SIANG! CEPET LO PADA YANG MASIH TIDUR BUAT PADA BANGUN TERUS SIAP-SIAP!" Teriaknya.

Jani langsung terkesiap belum mencerna apa yang baru saja terjadi dirinya masih sibuk mengumpulkan nyawa. Bukan hanya Jani, Nita yang berada di ranjang sebelah pun ikut terkesiap namun sama halnya dengan Jani, Nita pun belum bangkit dari posisi nya.

Melihat tak ada pergerakan sama sekali dari kedua orang itu, Yurin kembali berteriak. Bahkan suara nya mampu membuat para kecoa mati mendadak.

"NITA, JANI! BANGUN GAK LO PADA SEBELUM GUE SIRAM PAKE AIR PANAS!"

Ancamnya. Dan berhasil membuat kedua manusia yamg masih tergeletak di kasur itu bangkit secara tidak santai. Tentu saja keduanya takut beneran di siram air panas karna selain blak-blakan dan punya suara yang nyaring Yurin juga terkenal selalu melakukan apa yang sudah dia ucapkan.

Tiba-tiba saja Dewa masuk ke dalam kamar yang di isi tiga keturunan hawa ini, lantas dirinya berkata membuat kepala ketiga nya tertoleh pada satu arah. Pintu.

"Pagi-pagi udah marah-marah aja, Rin. santai dikit elah lagian ini juga belum terlalu siang baru jam 6 pagi oi!" Kata Dewa sambil menyenderkan tubuh nya pada kusen pintu.

Ucapan nya tentu saja membuat Yurin semakin kalap. Dia bersiap mengeluarkan suara secara tiba-tiba Nita menyahut.

"Iya, Yurin kenapa dah! Marah-marah mulu dari kemarin. Kurangin dikit lah rin ntar CEPET tua kualat, lo." Nita menekankan kata 'cepet' membuat amarah Yurin naik ke ubun-ubun.

Dewa tertawa setelah mendengar nya. Dan itu semakin membuat ubun-ubun Yurin panas. Seperti kobaran api yang di tambah oleh bensin. Lantas dirinya menunjuk Nita dengan jari telunjuknya.

"Lo gak ada sopan banget sama atasan, Nit. Sopan dikit elah kata kata lo itu."

Di seberang sana Dewa menyahut. "Lo juga sama Rin, gak ada sopan santun tuh sama gue."

"Atas dasar apa gue harus sopan sama lo?" Yurin membalas.

"Lo lupa? Disini lo juga posisi nya bawahan gue. Dan di atas bawahan itu ada atasan. Di sisni gue atasan lo," kata Dewa.

"Apa? Atasan? Kita sama-sama Produser ya bapak Sadewa yang terhormat." Yurin memutar bola mata.

"Tetep aja. meskipun sama-sama Produser kita punya posisi yang berbeda."

Kata terakhir dari Dewa barusan membuat Yurin kesal dan tersinggung secara bersamaan. Yurin terdiam menunduk sebentar lantas berujar.

"Oh jadi lo mau pamer kedudukan nih cerita nya? Lo gila hormat? Lo mau di hormati sama bawahan lo? Gitu?" katanya sarkas.

Dewa yang menyadari perubahan raut wajah dan nada bicara Yurin pun tersadar bahwa ada yang salah dari perkataan nya barusan yang di tujukan pada Yurin.

"Gak gitu maksud gue, Rin." Dewa berusaha meluruskan.

"Lo tau? Perkataan lo barusan yang membuat gue malas untuk sopan sama lo."

Dewa yang tadinya merasa bersalah seketika jadi kesal sendiri mendengar ucapan Yurin yang seakan memojokkan dirinya. Padahal kan Yurin yang memulai.

"Lo sendiri yang buat gue ngeluarin kata-kata itu, Rin. Kalo aja lo dari awal gak mancing gue gak bakal ngomong kaya gitu."

"Mancing yang mana? Perasaan tadi gue cuma bilang ke si Nita doang kalo dia gak sopan. Tapi lo malah nambahin dan malah nyalahin gue."

Meet AgainWhere stories live. Discover now