enambelas

25 4 0
                                    

Sore hari di kediaman rumah Raka sangat sepi. Bunda Wini pergi ke toko sekitar satu jam yang lalu entah untuk tujuan apa. Ayah masih berada di kantor mungkin sekitar satu jam lagi ayah pulang. Sedangkan Cia, anak itu masih mengurung diri di kamar, semenjak pulang dari Gasibu tadi anak itu tak memunculkan diri barang keluar kamar pun. Raka sendiri tak tau apa alasan Cia seperti itu.

Kini Raka sedang menyantai di kamarnya sendiri. Gabut sekali soalnya kalo ada di Bandung memang tak ada pekerjaan biasanya dia suka membantu Bunda di toko namun kali ini rasanya malas sekali jadilah dirinya lebih memilih mendekam di kamar seorang diri.

Pandangannya beralih pada nakas samping tempat tidur. Di nakas itu terdapat dua figura yang memuat foto dirinya bersama orang-orang tercinta. Figura satu berisi foto Raka bersama keluarga sedangkan figura kedua adalah foto dirinya dan Jani semasa kuliah dulu.

Raka mengambil figura dirinya dengan Jani dan memandangnya sekali lagi. Itu adalah foto saat Raka dan Jani berada di Dufan.
Raka ingat sekali saat itu Jani memaksanya untuk liburan kesana. Jani bilang mumpung libur semester. Awalnya Raka menolak pasalnya Jakarta itu perlu waktu dua jam lebih untuk sampai kesana. Tapi hebatnya Anjani, dia mampu membuat Raka akhirnya mengiyakan ajakan itu. Jadilah hari itu mereka habiskan waktu berdua di Dufan dan lahirlah foto yang berada di figura ini. Raka tersenyum lagi.

"Kita bahagia banget waktu itu," gumam Raka.

"Siapa tuh yang bahagia."

Sebuah suara menyahut membuat kepala Raka tertoleh pada pintu. Disana berdiri seorang pemuda yang sedang menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu dengan tatapan yang menyelidik. Raka menatap datar pemuda itu.

"Ngapain, lo kesini," tanya Raka ketus lalu meletakkan kembali figura yang tadi sempat di pegangnya.

Harsa tak menjawab dan lebih memilih menghampiri Raka. lalu bola matanya melihat figura yang di pegang Raka tadi. Harsa di buat berpikir bucin plus bego bat ni si Raka.

"Dasar bubeg."

"Hah?"

"Bucin bego."

"Saha?"

"Maneh lah."

"Maksud lo apa ya kids datang-datang langsung nyarkas." Raka kesal. Namun Harsa tak peduli dan memilih merebahkan dirinya di sebelah Raka. Raka yang melihat itu jelas heran.

"Lo ngapain kesini, anjing."

"Gabut di rumah sendirian gak ada orang. Terus Tante Wini bilang kalo lo juga lagi diem di rumah, jadi yaudah deh gue cus aja kesini buat ngegabut bareng."

"Tumben gak ngabarin dulu."

"Udah gue chat lo di wa, tapi kagak lo bales."

"Oh gue gak buka HP dari tadi."

"Udah gue duga sih."

"Tapi kok lo tiba-tiba ada di depan kamar gue? Kok gue gak denger suara bel."

"Telinga lo udah gak berfungsi apa begimane? Gue udah tekan itu bel sampe dua belas kali gak ada yang bukain pintu. Pas gue buka knop ternyata gak di kunci. Yasudah gue masuk aja. Terus pas nyampe kamar lo, malah liat lo senyum-senyum kaya orgil taunya lagi liatin foto mantan," jelas Harsa panjang lebar.

"Iyakah? Astaga ngerinya."

"Gak lucu, babi." Harsa memutar bola mata jengkel. Raka tertawa ngakak.

"Padahal Cia juga ada di rumah, tapi kenapa tu anak gak bukain pintu?"

Harsa menggidikkan bahu. "Mungkin dia lagi tidur."

"Masa?"

"Ya mana gue tau lo yang tinggal serumah sama adek lo kenapa jadi nanya gue?"

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang