Bab 1. Hari Sial

101K 5.2K 202
                                    

Sebenarnya, cover cerita ini agak melenceng vibesnya dari pasutri baru ini.

Kenapa aku bilang melenceng? Kalian akan tahu jawabannya setelah baca bab ini.

Happy reading

Tandai typo, ntar aku edit balik

***
*

"Lo mau gue laporin sama, Arash ya Ly?"

"Laporin aja, sok atuh. Dia ga bakal marah." Lily menyandarkan ponsel ke atas sisi tumpukan buku di atas meja. "Cuman manjat gini doang mah ga bakal kenapa-kenapa."

Sosok Kayla di layar ponselnya tampak protes. "Gue ga minta lo manjat, gue cuman mau minta lo singgah sebentar buat beli mangga di dekat perempatan sekalian lo jalan ke rumah gue."

Lily mengangkat bahu tak peduli, perempuan itu berjalan menuju sisi kiri rumah tak lama setelahnya ia datang bersama tangga kayu. Mengintip sebentar ke layar ponsel lalu tersenyum tanpa dosa pada Kayla.

Posisi Kayla yang diletakkan pada meja--tepat berada di bawah pohon mangga tersebut dapat melihat Lily dengan jelas.

"Lo ngidamnya ga asik, Kay. Biasanya ibu hamil itu minta mangga langsung dari pohonnya, lo malah minta dibeliin, gimana sih? Yang lain dong, yang agak menantang begitu." Lily mulai menyandarkan tangga di bawah pohon mangga, mengatur sedemikian rupa hingga aman untuk dinaiki.

"Semprul!"

Lily tergelak. "Lagian ya, mangga muda belakang rumah gue jelas lebih seger dibanding yang dijual abang-abang. Orang langsung dipetik dari pohonnya."

"Masalahnya Ly, batang pohonnya pasti licin sehabis ujan. Nanti lo jatuh, gue lagi yang kena."

"Aman, kata gue." Lily memperbaiki earphone di telinganya sebelum mulai memanjat tangga. "Lagian, mangganya ga tinggi-tinggi amat. Kalo jatuh palingan keseleo."

Lily tak berbohong, dahan pertama pohon mangga tersebut hanya sebatas kepalanya, naik tanpa tangga pun sebenarnya bisa-bisa saja. Tapi berhubung batangnya licin sehabis ujan, demi mempercepat waktu, Lily memilih naik menggunakan tangga.

"Palingan lo bilang? Turun ga lo!"

"Emoh! Mending lo diem deh Kay, gue ga bisa konsentrasi." Tak sampai dua menit, Lily sudah berdiri manis di dahan pertama. Lalu naik lagi ke dahan berikutnya, mencari tempat paling aman. Lalu mulai memetik mangga. "Pokoknya lo tenang aja, Kay. Demi calon ponakan gue yang cantik, batang pohonnya pun gue bawa sekalian kalo bisa."

"Halah, bisa aja lo." Suara Kayla kembali terdengar setelah sekian menit diam. "Tiga saja, Ly. Ga usah banyak-banyak, udah. Turun lo turun."

"Kaya lo liat aja gue udah ngambil berapa." Usai mengambil sembilan mangga dan menjatuhkannya di rerumputan, Lily bergerak turun dengan hati-hati.

"Turun, Ly turun."

"Nih gue turun, aelah!"

"Ga kelihatan."

"Belum nyampe di tangga, sabar bumil."

Kayla bernapas lega saat Lily menuruni tangga, sepupunya itu mengacungkan jempol ke arah Kayla. "Pegangan, Ly," peringatnya.

"Dikit lagi nyampe tanah, lompat juga ga papa kali."

"Jangan nekat deh." Wajah Kayla memenuhi layar ponsel, memastikan Lily turun dengan selamat. Namun, tepat di tangga terakhir Lily yang sibuk menertawakan wajah khawatir Kayla itu terpeleset. Niat hati Lily ingin berpegangan pada tangga agar tak jatuh, tapi apalah daya, tangga tersebut malah ikut jatuh menimpanya.

Oh My Husband (21+)Where stories live. Discover now