Bab 11. Tak Ada Jalan Untuk Kembali

132K 4.9K 220
                                    

Ada yang masih bangun?

Happy reading 🔥🔥

***

Bagaimana cara menghilangkan bayang-bayang kejadian memalukan? Lily tidak punya ide. Meski ia selalu menjunjung tinggi prinsip untuk tak memikirkan hal-hal di luar kendalinya, kali ini Lily tetap kepikiran. Sepertinya kejadian memalukan hari ini akan membekas hingga Lily tua.

Lily lagi-lagi menghela napas, ia menyandarkan pipinya ke kaca jendela mobil, menatap tanpa minat ke luar mobil. Biasanya Lily akan semangat mengoceh kalau tengah berkendara bersama Arash seperti ini, entah apa pun bisa jadi topik obrolan mereka, sesederhana warna bangunan mencolok di pinggir jalan bisa mereka komentari. Lily yang mulai lebih dulu, lalu Arash akan menyambung dengan teori-teori yang lebih masuk logika. Lily bahkan tak kepikiran sampai ke sana.

Wajah masam Lily berubah heran ketika Arash singgah di depan ruko dua lantai berwarna merah muda. Ia kemudian menoleh pada Arash, untuk apa si bapak ini singgah di toko yang isinya ...

"Mas mau beli make up? Oh, Mas mau pakai skincare juga ya?" tanyanya keheranan. "Wah!" Lily menutup mulut tak percaya.

"Bukan, Ly." Arash meraih dompetnya, mengeluarkan satu kartu di sana kemudian menyerahkannya pada Lily. "Buat kamu."

Sebentar! Lily belum bisa mencerna semuanya. "Ngapain ngasih aku kartu? Aku juga punya."

"Itu punya kamu, bukan punya saya."

"Kartu khusus belanja bulanan juga ada."

"Beda lagi, Sayang ..." kata Arash gemas. Ia meraih tangan Lily kemudian meletakkan kartu ATM itu di sana, "Pinnnya tanggal pernikahan kita."

Luntur sudah rona masam di wajah Lily, perempuan itu mengulum senyum sambil menerima kartu dari Arash dengan senang hati. "Mas nyuruh aku belanja ceritanya? Buat apa?"

"Supaya kamu ga bad mood lagi." Dan usaha Arash terbukti berhasil, Lily bahkan telah tersenyum kembali. "Awalnya saya mau ngajak kamu ke mall, tapi jalan ke sana lumayan makan waktu, belum lagi cari parkirnya, jadi saya—"

Cup!

"Sayang deh sama Mas Arash!" Tak peduli dengan Arash yang mematung karna kecupan dadakan itu, Lily dengan cepat memasukkan kartu pemberian Arash ke dalam dompetnya. "Ayo kita belanja! Budget-nya berapa?" tanyanya semangat.

Senyum Arash belum luntur sejak Lily mengecup pipi lelaki itu. "Suka-suka kamu, bebas. Unlimited."

"Heh! Ga boleh begitu." Lily menutup mulutnya dengan dompet. Wangi dompetnya serasa berbeda karena ada campur baur dengan atm Arash. "Aku kan jadi suka."

Tawa kecil Arash bercampur dengan suara gelak tawa Lily. Perempuan itu bahkan memukul kecil lengan Arash dengan dompetnya. "Tapi aku serius Mas, berapa?"

"Saya juga serius, suka-suka kamu. Siapa lagi yang ngabisin duit saya kalau bukan kamu. Kan saya kerja untuk kamu."

Lily ingin jungkir balik rasanya. Wajahnya memanas dengan kupu-kupu berterbangan memenuhi perut. Perempuan itu berdehem salah tingkah, berusaha mengendalikan dirinya sembari menatap Arash kembali, tapi tatapan Arash padanya sungguh tidak sehat untuk kinerja jantung Lily.

"Ekhem, Mas ga minta imbalan apa-apa kan dari aku?"

Tanpa di sangka, lelaki itu tersenyum menanggapi pertanyaan Lily. "Just give me a kiss."

Lily memundurkan wajah waspada. "Yakin cuman ciuman?"

"Kalau saya minta lebih boleh?"

"Boleh." Tentu saja jawabannya selalu boleh untuk Arash.

Oh My Husband (21+)Where stories live. Discover now