Bab 16. Mr Dangerous (1)

123K 4.1K 331
                                    

Baca setelah buka aja.

Happy Reading ✨️


Penuhi kolom komentar dengen emot 🔥🔥 menyala Arashku 🔥🔥

***

Dengan keremangan cahaya dalam tenda, siluet tubuh Arash di atas dirinya tampak gagah. Lily meremas selimut di bawah tubuhnya dengan gugup, meski ini bukan yang pertama kali, tetap saja melihat Arash dengan tubuh sama-sama polos seperti ini selalu berhasil mengajukan kinerja jantungnya. Sentuhan Arash pada kakinya, kecupan-kecupan yang lelaki itu berikan pada bagian bawah tubuhnya membuat Lily sulit mengatur napasnya.

"Mas ... sebentar," Lily tak bisa bertahan lebih lama kalau seperti ini. "Aku ga nyaman."

Arash yang semula sibuk mengecupi kaki jenjang Lily itu kontan mengangkat kepala. Jelas ia terkejut, apa yang membuat Lily tidak nyaman? Lelaki itu melepaskan kaki Lily. Apakah remasan tangannya terlalu kasar?

Sebelum Arash menerka-nerka lebih jauh, Lily berujar sambil bangkit. "Aku kekenyangan, dan ternyata ga enak dibawa tiduran begini."

Lily tahu perkataannya amat sangat merusak suasana. Namun, ia tidak bisa menikmati sentuhan Arash dengan posisi telentang seperti itu. Tidak nyaman.

Lily menyesal, seharusnya ia tidak makan terlalu banyak. Apalagi menerima tawaran mie milik Arash.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal?" Arash dengan cepat membantu Lily bangkit. "Ingin berhenti dulu?" tawarnya mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman akibat miliknya yang sudah tegak siap bertempur.

Lily meringis, ia terbuai ciuman Arash dan rasa tak nyaman itu baru terasa saat Arash membaringkah tubuhnya. "Maaf, soalnya baru kerasa tadi." Lily mengelus perutnya yang kini membaik setelah ia duduk. "Ini udah baikan, Mas mau kita berhenti dulu?" bukannya menjawab Lily balik bertanya.

Mata wanita itu dengan berani melirik selangkangan Arash. Milik suaminya itu sudah berdiri dengan gagahnya dan Arash menawarkannya untuk berhenti? Hanya karena Lily tak nyaman? Lily tak bisa untuk tak merasa amat dihargai.

Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin delapan bulan pernikahan mereka, bukan Arash tidak ingin menyentuhnya. Mungkin lelaki itu menunggu izin Lily, sedangkan Lily menunggu Arash berinisiatif lebih dulu. Walhasil mereka tak ada kemajuan sama sekali.

Sungguh miris sekali.

Lily mencondongkan tubuh ke depan secara tiba-tiba hingga Arash tersentak. "Mas belum jawab pertanyaan aku," bisiknya menggoda.

Apa yang harus Lily lakukan pada suaminya ini? Jelas Arash bukan tipe pemalu. Lelaki itu hanya menahan dirinya hingga Lily memberi lampu hijau. Saat lampu itu Lily berikan, Arash melepas tali kontrol dirinya.

Sebelah alis Arash terangkat samar, sial sekali ia tak bisa melihat ekspresi Lily dengan jelas. "Kamu menggoda saya?" tanyanya serak.

Tenggorokan Arash terasa tercekik, ia ingin mendorong Lily dan bercinta membabi buta, tapi bagaimana mungkin Arash melakukan itu dengan keadaan Lily sekarang?

Matanya memaku wajah Lily, mencoba mencari jawaban di sela deru napasnya yang mulai memberat. Namun, Arash tiba-tiba tersentak ketika pusat tubuhnya yang panas tiba-tiba disentuh oleh sesuatu yang lembut dan dingin. Jemari Lily.

"Kamu—" Sialan, Lily benar-benar menggodanya!

Arash menyugar rambutnya sambil menatap Lily takjub. Ia acungi keberanian Lily, walau Arash yakin Lily tak sepenuhnya berani—jemari wanitanya itu terasa gemetar saat mengelus miliknya.

Oh My Husband (21+)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt