Bab 7. Mr Jealous

106K 5.1K 607
                                    

Bab ini panjang banget nget nget. Mohon bersabar membacanya.

Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah ⭐️

Happy reading.

***

Semua yang terjadi tadi malam bukan mimpi. Momen manis bersama Lily saat di dapur dan percakapan singkat mereka sebelum tidur, semuanya nyata. Dan kini, Arash terbangun dengan Lily berada dalam pelukannya. Lily masih tertidur nyaman dengan menjadikan kaki Arash sebagai pengganti guling. Arash tahu Lily tak bersengaja memeluknya, Arash lah yang mengubah Lily yang awalnya tidur membelakanginya menjadi menghadap padanya. Lily tak akan tahu, karena perempuan itu tidur nyenyak.

"Kalau saya nyium kamu di luar riset cerita, boleh?"

"Boleh ..."

Senyum Arash terukir tipis. Ia membelai rambut panjang Lily yang terasa lembut saat bersentuhan dengan kulitnya.

"Engh ..." Lily menggeliat pelan.

Sebelum Lily bangun, Arash menepuk-nepuk pelan punggung Lily, berusaha memberi ketenangan hingga perempuan itu pulas kembali.

Arash tidak ingin momen langka ini berakhir. Ia masih ingin memeluk tubuh Lily lebih lama. Sedikit lagi ... hingga ia puas menghirup wangi lembut Lily dalam pelukannya. Wangi khas Lily. Lily-nya.

"Engh ... sesak Mas ..." Masih setengah sadar, Lily menendang kaki Arash yang ia peluk. "Lepasin."

Meski berat hati, Arash dengan amat, sangat, terpaksa melonggarkan pelukannya. Tidak sampai lepas karena tangan Arash tetap bersarang di pinggang Lily—jaga-jaga kalau Lily akan berguling menjauh, ia bisa siap siaga menariknya.

"Jauhin tangannya ih, berat." Lily mendorong-dorong tangan Arash. "Mas ih, aku bilang jauhin, kenapa batu banget sih jadi—"

"Jadi?"

Mata Lily yang baru terbuka berkedip beberapa kali. Sial, kesadarannya datang terlambat. Ia masih mengingat samar-samar dirinya yang menendang kaki Arash.

"Jadi apa, Ly?"

Suara maskulin teramat familier itu membuat Lily mendongak takut-takut. "Morning, Mas hehe." Jangan lupa berikan Arash senyum manis penuh rasa bersalah. Semoga Arash memaafkan ke khilafan Lily menendang kaki suami.

"Morning, Love," balas Arash sambil menarik Lily mendekat dengan kakinya.

Mata Lily membelalak, LOVE KATANYA?! Lily akan dengan senang hati menempel di tubuh Arash kalau seandainya ia tak menyadari ada yang salah di antara mereka. Masih ingat yang dikatakan Lily pada Hanin tentang Arash?

" ... dia berdiri ko setiap pagi."

Apa yang harus Lily lakukan? Lily tak tahu, bergerak sedikit ia akan menyenggol sesuatu yang keras di bawah sana. Mundur? Bisa sih, tapi—

"Telinga kamu merah." Arash menyentuh ujung telinga Lily, mengusap lembut hingga Lily bergidik geli. "Kamu malu?"

MENURUT MAS?! Lily berdehem salah tingkah, ia menjauhkan tangan Arash dari telinganya. Misinya sekarang adalah menjauhkan diri dari singa berwujud Arash selagi sang singa masih jinak.

"Mas ga ada kelas pagi hari ini?" Untuk manusia workaholic seperti Arash mengingatkan pergi bekerja adalah hal wajib dicoba. "Ga mau siap-siap mandi? Aku juga mau masak ih."

"Baru jam setengah enam, Ly. Siap-siap setengah jam juga selesai, nanti makannya masukin kotak bekal aja, mas makan di kampus." Lancar sekali Pak Dosen ini berkilah.

Oh My Husband (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang