Bab 23. Arash vs Penganggu Lily

59.6K 3.5K 215
                                    

Malam-malam bagusnya baca Lily Arash 🔥🔥

Happy reading.

Jangan lupa pencet bintang di pojok kanan ✨️✨️

***


Hari ini rumah Arash dan Lily akan kedatangan penghuni baru. Apalagi kalau bukan hewan imut berbulu bernama kucing. Berdasarkan diskusi bersama, mereka pada akhirnya tak jadi membeli, melainkan mengadopsi dari sepupu jauh Arash yang merupakan seorang cat lover. Dengan kucing yang katanya sekarang telah mencapai delapan ekor, dan salah satunya tengah mengandung. Cukup mengatakan niat baik ingin memelihara kucing, Arash dengan cepat mendapat izin. Toh, Arash keluarga sendiri, jadi sudah pasti kucing tersebut akan dirawat dengan sepenuh hati.

“Menurut Mas, bagusan warna yang ini atau yang ini?” 

Tangan Arash yang sibuk mengepang rambut panjang Lily itu berhenti sejenak. Ia menatap seksama dua lipstik yang Lily tunjukkan. Satu warna merah satunya lagi warna pink kalem. 

“Yang merah cantik, Sayang.”

“Masa? Tapi menor banget.”

“Kalau begitu, yang pink aja cantik juga.”

“Terlalu pucat Mas.”

Sabar ... Menghadapi Lily memang lebih sulit dari menghadapi mahasiswa, meski begitu Arash tetap menjawab dengan lembut. “Di gabung aja, kaya biasa kamu pake. Di timpa-timpa begitu.”

“Diombre, Mas?” Lily kembali menatapi dua lipstik di tangannya, berpikir sejenak kemudian menggeleng. “Cari yang lain aja deh, nanti Mas kasih nilai ya.”

“Iya, Sayang.” Arash tak sabar menjemput kucing di rumah Catly—nama sepupu jauhnya—supaya Arash tak lagi jadi pelampiasan jemari lentik Lily. Kemarin malam, rambut Arash diberi Lily pita kecil-kecil (katanya sebelum nanti dipakaikan ke kucing mereka, Arash akan jadi bahan percobaan). Arash yakin nanti kukunya juga akan jadi korban cat kuku Lily.

Ya Tuhan, Arash harap anak pertama mereka perempuan. Kembar laki-laki perempuan pun tak apa, asal ada perempuannya.

“Nah, selesai. Coba liat aku Mas, cantik ga bibirnya?”

 Cantik ... boleh dicicip tidak ya? Arash menelan ludah menatap bibir lembut menggiurkan tersebut. Andai mereka tak punya janji hari ini, Arash pasti akan membawa Lily ke tengah kasur. 

Lily yang sadar arti tatapan Arash tersebut memundurkan wajah waspada. “No. Nanti make up aku rusak.”

Sebenarnya Lily tak perlu se totalitas ini hanya untuk sekedar menjemput kucing, tapi ia ingin terlihat cantik saat bersanding dengan Arash. Terlebih orang yang mereka temui nantinya adalah keluarga lelaki itu, mana mungkin Lily datang dalam keadaan biasa-biasa saja.

“Cium dikit aja.”

Yakin dikit aja? Namun tatapan memohon bak anak kucing itu membuat Lily mengangguk. “Selesain kepangan rambut aku dulu baru Mas boleh cium. Dikit aja tapi.”

“Okey.” 

Jawaban semangat Arash membuat Lily terkekeh. Ia sibuk menatapi bayangan dirinya dan Arash di dalam cermin. Jelas sekali lelaki itu mengulum senyum sambil mengepang rambut Lily.

“Nanti kalau kita punya anak perempuan, Mas yang kepangin ya?”

“Boleh, nanti kita duduk berdempetan di depan cermin begini. Saya, kamu sama anak kita. Pasti lucu ya, Ly?”

Oh My Husband (21+)Where stories live. Discover now