Bab 10. Lily Malu Sekali

126K 5.3K 407
                                    

Seharusnya bab ini bisa update tadi sore cuman, nanggung, gantung. Jadi terobos saja sampai selesai.

Jadilah bab ini panjang sekali.

Mohon dibaca penuh perasaan, jangan lupa juga melipir ke pinggir sebentar.

Happy reading 🔥🔥

***

"Love ..."

Lily tak tahu mengapa Arash memilih memberinya panggilan 'Love' alih-alih Darling, Honey atau Sayang. Lily bukannya tak suka, ia hanya penasaran, tapi ia tak dalam keadaan bisa bertanya. Lidah Arash tengah menguasai mulutnya, tangan lelaki itu tak henti-hentinya membelai leher belakang Lily, memberi rangsangan sensual yang sulit untuk perempuan itu tolak.

Lily tak yakin Arash sama kentang-nya dengan dirinya. Lelaki itu lihai sekali menemukan titik-titik sensitif Lily kemudian memanfaatkannya. Mungkin laki-laki memang diciptakan seperti itu, mereka punya naluri, dan Arash pun begitu. Cukup sedikit dipancing dan diberi izin. Lily tak perlu memikirkan apa pun, serahkan sisanya pada Arash. Lelaki itu tahu apa yang harus ia lakukan.

Otak Lily kosong kalau sudah dihadapkan situasi seperti ini. Ia hanya tahu dirinya juga menginginkan Arash. Ia membalas apa pun yang Arash berikan, termasuk membalas ciuman lelaki itu sama panasnya, sama bergairahnya.

Tangan Arash menarik sebelah betis Lily yang tengah mengangkanginya, membuat mereka kian menempel. Sebelah tangan lelaki itu yang semula mengelusi leher Lily perlahan naik ke sela-sela rambut perempuan itu dan menariknya lembut.

"Engh ..."

Bibir Lily terasa kebas dan bengkak. Arash telah beberapa kali melepaskan bibirnya hanya untuk memberi Lily waktu untuk bernapas sebelum kemudian menyerang bibir wanita itu kembali. Seolah-olah melumat bibir Lily adalah candu bagi Arash dan lelaki itu tak ingin mengakhirinya dalam waktu singkat.

Namun, Lily belum siap jika ciuman Arash berpindah ke tempat lain. Nalurinya mengatakan, Arash akan lebih ganas dari pada ciuman mereka sebelumnya. Sekarang bahkan ada yang telah bangun di antara mereka, menusuk Lily di bawah sana. Dari dress Lily yang tersingkap, inti mereka saling menempel hanya terhalang kain penutup tubuh masing-masing.

"Love ..." bibir Arash sama bengkaknya ketika melepaskan ciuman mereka. Netra kecokelatan penuh kabut itu menatap Lily dengan hasrat mendamba.

Jantung Lily berdegup gugup, ia dapat merasakan tangan Arash yang semula menarik betisnya secara perlahan menyelinap masuk ke dalam dress yang ia pakai dan mengelus pahanya, seolah-olah tengah meminta izin-yang tentu, Lily paham izin yang Arash maksudkan.

"Boleh?"

Yes, Mas! Lily malu menjawabnya dengan lantang. Perempuan itu hanya mengangguk. Tak protes sama sekali saat jemari Arash mengelus karet celana dalamnya, Lily bahkan menanti, sayang sepertinya Arash sedang bermain-main.

Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya, tangannya naik kembali hingga sampai di perut Lily dan membuat pola melingkar di sana. Arash bertanya-tanya bagaimana perut ini jika nanti Lily mengandung buah hati mereka?

Lily berdehem salah tingkah, ia membuang pandang ke sembarang arah. Pokoknya lihat apa pun selain wajah menggoda Arash.

Sialnya, Lily sempat berpikir Arash akan menarik celana dalamnya saat lelaki itu bertanya, boleh? Ternyata Lily salah! Lagi pula, kenapa Arash harus meminta izin kalau lelaki itu tak melakukan apa-apa?

Oh My Husband (21+)Where stories live. Discover now