Bab 8. Lima Belas Menit?

129K 5.2K 320
                                    

Happy reading 🔥🔥

Pencet bintang di pojok kiri sebelum baca ✨️⭐️

***

"Oke, lima belas menit, tapi kamu jangan ganggu saya."

Lily menyesal menyetujui ucapan Arash tersebut. Kalau ia tidak menyetujuinya, pasti tangan Lily tak akan terikat sekarang, ia bebas menyentuh tubuh liat dan kekar milik Arash sebagai pelampiasan rasa memabukkan dari belaian lidah Arash pada tiap inci tubuhnya.

Belahan dada Lily penuh dengan bercak kemerahan hasil mahakarya mulut Arash, lidah panas lelaki itu tak henti-hentinya memberikan rangsangan yang sukses membuat Lily panas dingin. Kaki Lily bergerak gelisah, mulutnya melenguh samar, otaknya buntu, Lily terbuai, dan saat Lily lengah, gigi Arash bersarang di salah satu puting Lily, menggigit dan menariknya gemas.

Lily menjerit, ia ingin memukul Arash sebagai bentuk protes, tapi sialnya tangannya terikat. Menyebalkannya lagi, ikatan itu kuat hingga sekeras apa pun Lily berusaha melepaskannya. Ikatan tersebut mustahil terlepas.

"Jangan banyak bergerak, Love, nanti tangannya lecet."

Bibir penuh Arash kembali menyambangi bibir Lily. Melumatnya rakus layaknya orang kehausan. Tangan lelaki itu bergeriliya kemana-mana. Lagi-lagi Lily terbuai oleh lidah liar Arash yang menyapu habis isi mulutnya, mengalihkan perhatian Lily dari jemari Arash yang menyusuri karet celana Lily, bermain-main di perut bagian bawah perempuan itu tanpa berniat menyusupkan tangannya ke dalam sana dan menyapa kelembutan yang teramat ingin Arash rasakan.

"Love ..." bisik Arash serak.

Lily tak mampu menyahut, bibirnya bengkak dan kebas akibat ciuman panas mereka. Jantungnya seolah melompat keluar ketika Arash memberi tekanan lembut di bawah sana, memberi gelenyar aneh ke seluruh tubuh Lily. Matanya yang tak fokus bersitatap dengan sorot penuh hasrat Arash. Tangan keras lelaki itu melingkari pinggang Lily dan menariknya bangkit, kontan saja tangan Lily yang masih terikat mengalung di leher Arash, membuat mereka menempel sempurna.

Arash mengumpat merasakan kelembutan menyapa otot dadanya yang keras. Lelaki itu meletakkan Lily dalam pangkuannya, menekan bokong Lily tepat pada kejantanannya yang mengeras. Untuk sejenak mata mereka bertatapan, Arash sadar sekali Lily juga menginginkannya, sama besarnya dengan keinginan Arash menyatu dengan Lily.

Sialnya mereka tak punya banyak waktu.

"Mas Arash ..." suara lembut Lily mengacaukan semuanya.

"Damn it!" Arash meraih rahang Lily, menciumnya yang entah ke berapa kali. Kali ini lebih tergesa-gesa, pinggul lelaki itu bergerak perlahan, mencari kepuasan dari Lily yang duduk mengangkangi dirinya.

"Ah!" Lily gelisah, ia kacau. Di bawah sana terasa berdenyut, dan tangan Arash membelitnya kuat, lidah lelaki itu beralih bermain di telinganya, sesekali memberi gigitan kecil dengan pinggul terus bergerak.

Lily mendesah kuat, matanya terpejam, ia membiarkan tubuhnya mengambil alih kesadarannya, pinggulnya ikut mencari kepuasan yang sama seperti yang Arash lakukan padanya.

Meski AC kamar lebih dingin dari biasanya, tubuh mereka tetap dibanjiri oleh keringat. Memberi aroma berbeda, saling menginginkan dan bergerak sensual di atas kasur.

Lily terengah-engah, kakinya gemetar, tubuhnya sesak oleh pelukan Arash yang kian bergerak tak terkendali. Andai Lily tahu, bahwa Arash sedang mati-matian mengendalikan sisi liarnya. Demi janjinya dengan Lily dan demi kesepakatan yang telah mereka sepakati.

Lima belas menit, walau Arash yakin, ini sudah dari waktu yang ditentukan.

Kendati pikiran gila Arash telah melanglang buana ke mana-mana, kepercayaan Lily tetap akan ia junjung tinggi. Biarlah seperti ini, cukup dengan saling bercumbu, saling berbagi desah dan tumbang dalam pelukan masing-masing.

Oh My Husband (21+)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz