Bab 15. Danger!

100K 4.4K 415
                                    

Vote dulu sebelum baca 🫶 Kalau keasikan bisa lupa, kaya aku biasanya 😭

Happy reading ✨️

***

Biasanya Lily akan menjadi orang paling semangat membantu Arash menagih uang kontrakan, tapi kali ini wanita itu memilih mendekam di mobil sembari bercermin. Menatapi bekas luka di pelipis yang nampak jelas setelah jahitannya dilepas.

Wanita dengan rambut dikuncir kuda itu menghela napas, Lily sepertinya ingin potong poni untuk menutupi bekas lukanya. Kata dokter bekas lukanya bisa saja memudar bahkan hilang sepenuhnya selama diobati, tapi perlu waktu. Dan Lily sedikit tidak sabaran.

"Potong poni model apa ya? Atau sekalian potong rambut aja?" tanyanya entah pada siapa.

Jari Lily terus menggulir ponsel, meneliti satu model rambut ke model lain. Beberapa kali ia akan terdiam lama menatapi satu gambar sebelum berpindah ke gambar lain.

"Kalau aku potong pendek, Mas Arash protes ga ya?"

Kepala Lily menoleh ke luar mobil, Arash tengah berbincang singkat dengan beberapa ibu-ibu. Lebih tepatnya sih—ah, jangan bilang mereka tengah menggoda suami Lily?

Lily mengurungkan niatnya untuk mendatangi Arash ketika mendapati raut datar lelaki itu. Arash terlihat tak tertarik dengan apa pun topik yang ibu-ibu itu bicarakan. Lelaki itu hanya mengangguk sambil menghitung uang dengan cepat.

Tak ingin melewatkan momen tersebut, Lily mengambil satu potret Arash. Nanti akan ia edit supaya hanya Arash di sana.

"Ck, ck, ck suami siapa sih ini?" Ia mengusap layar ponsel sambil geleng-geleng kepala. Pesona Arash naik berkali-kali lipat dengan wajah datar seperti itu. "Suami Lily hahaha."

Lily akhirnya memutuskan berhenti mencari referensi model rambut setelah menyimpan beberapa foto untuk diperlihatkan pada Arash. Kali ini ponselnya berubah fungsi, Lily menjadi paparazi dadakan. Kemana Arash menoleh, berbicara, berjalan, apa pun yang lelaki itu lakukan Lily mengabadikannya. Sayangnya ide menjadi paparazi itu muncul di menit-menit terakhir Arash menagih kontrakan, jadi Lily hanya dapat beberapa momen saja.

Total ada sebelas foto—asal jepret.

"Maaf ya Ly lama. Kamu bosan, ya?" Aroma rempah kayu-kayuan kembali menyapa Lily bersamaan dengan Arash yang kembali duduk di kursi kemudi.

"Engga, aku ga bosan sama sekali." Lily jujur, tapi sepertinya Arash tak begitu percaya sebab lelaki itu menatapnya beberapa detik, menelisik raut wajah Lily kemudian mengangguk.

"Tolong hitung ulang sekalian rapiin uangnya ya, Ly." Arash mengeluarkan berlembar-lembar uang dari dua kantong celananya yang penuh lalu menyerahkan pada Lily. "Mama suka bawel kalau uangnya ga rapi."

Tentu saja Lily menerima dengan senang hati. Matanya berbinar menerima segepok uang dari Arash. Uang tersebut tampak warna-warni dengan dominasi warna merah muda dan biru, beberapa sedikit terlipat hingga Lily harus meluruskannya.

"Sebelum ke mall, mau pergi ke mana?" tanya Arash setelah mobil yang mereka tumpangi mulai meninggalkan area kontrakan.

"Ngantar duit ke rumah Mama, kan?"

"Engga usah, Ly. Transfer aja, uang cash-nya buat kita."

"Oh, boleh begitu ya?"

Arash hanya mengangguk singkat. Ia sebenarnya malas ke rumahnya, sebab orang tuanya pasti akan menahan Lily di sana. Dan Arash tidak mau waktu quality time berharganya bersama Lily harus terpangkas hanya karena orang-orang di rumah sana.

Oh My Husband (21+)Where stories live. Discover now