Bab 14. Romantic Dinner Dadakan

92.2K 4.2K 198
                                    

Malaaam, seperti biasa malam sekali updatenya 🫠🫠

Bab ini panjang banget nget ngeet 🔥🔥

**

"Selamat pagi, Love," Arash tersenyum kecil ketika Lily yang hari ini menjelma menjadi putri tidur akhirnya terbangun.

"Selamat pagi?" Balasan Lily lebih mirip pertanyaan, kepala wanita itu menoleh pada jendela kaca di kamar mereka yang telah terbuka, semburat jingga lembut dari matahari di luar sana membuat Lily otomatis bangkit.

Pagi? SUDAH PAGI?! Lily yakin, ia tidur dari siang dan kini sudah pagi?!

Ia kemudian menatap Arash dengan sedikit linglung. "Ini sudah pagi, Mas?"

Dengan wajah meyakinkan Arash mengangguk sambil menunjuk ke luar jendela. Rona jingga senja untuk orang yang baru bangun tidur seperti Lily memang terlihat layaknya matahari pagi. "Saya juga sudah mandi," lanjutnya meyakinkan Lily.

"Tapi Mas ga pakai kemeja kaya biasa mau ke kampus." Otak Lily mulai memproses keadaan. Mungkin Arash hanya mengerjainya, rasanya mustahil ia tidur selama itu. Namun, perkataan Arash selanjutnya membuat Lily menyerah pada pikiran, kalau Arash mengerjainya.

"Hari ini Sabtu, Ly."

"Sabtu?" Otak Lily yang belum sepenuhnya terjaga dipaksa berpikir. "Benar ... hari ini Sabtu ..." lirihnya sambil mengangguk-angguk. Sepertinya mulai percaya dengan bualan Arash. "Tapi—masa sudah Sabtu? Hp, hp aku mana, Mas?"

Arash mengangkat bahu, ia mengulum senyum geli melihat Lily menggaruk kepala dengan rambut berantakan. Wanita itu membuka selimut, membolak-balik bantal, bahkan mencari-cari ke dalam laci nakas.

"Hp aku mana, Mas?" Rambut berantakan Lily kian berantakan ketika wanita itu menggaruknya sekali lagi. "Mas! Jangan senyum-senyum, hp aku mana?!"

Arash terkekeh geli, ia yakin sebentar lagi Lily akan mencak-mencak. "Sebelum tidur kamu taro di mana? Coba kamu ingat-ingat."

Lily mengacak-acak rambutnya, mana ia ingat ia meletakkan ponselnya di mana. "Hp Mas deh, sini. Mana hp, Mas?"

Selama delapan bulan pernikahan mereka, Lily tak pernah memegang ponsel Arah. Hari ini untuk pertama kali Arash menyerahkan benda pintar tersebut dengan enteng pada Lily.

"Password-nya, ulang tahun kamu."

Lily yang kini menaiki kasur guna menerima ponsel dari Arash menghentikan gerakannya. "Kenapa ulang tahun aku?"

"Password hp kamu juga ulang tahun saya, kan?"

"Kok Mas bisa tahu?!"

"Menurut kamu?"

Bagaimana mungkin Arash tidak tahu kalau Lily sering membuka kunci ponselnya di sisi Arash, bersisian, secara terang-terangan pula. Dengan layar ponsel yang terangnya membuat mata siapa pun menyipit—kecuali mata Lily. Mana mungkin Arash tak tahu password ponsel istrinya itu.

Namun, Lily tak dalam keadaan ingin berpikir. Ia lekas naik kembali ke atas kasur guna mengambil ponsel Arash.

"Hp buat apa, Love?"

Oh My Husband (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang