62. Selamat tinggal?

66.3K 3.2K 271
                                    

Sudah satu minggu Alea berada dirumah sakit dan belum sadarkan diri juga. Hal itu semakin membuat gus Alif dan juga bunda Sari sedih.

Bukan hanya mereka, tapi semua pun ikut merasakan kesedihan itu.

Seperti biasanya, gus Alif sedang duduk disamping brankar Alea, sembari menatap wajah Alea yang terpasang alat rs.

"Sayang, kapan kamu bangun? Aa' kangen sama kamu."

Gus Alif meraih tangan Alea lalu menciumnya. "Bangun, yuk. Semua orang nungguin kamu."

Namun, tiba tiba saja gus Alif dikejutkan dengan Alea yang tubuhnya bergetar. Gus Alif panik saat itu, ia langsung memencet tombol untuk memanggil dokter.

Setelah itu dokter pun datang bersama suster dan memeriksa Alea. "Maaf, pak. Anda bisa keluar sebentar? Kami akan menangani ibu Alea terlebih dahulu." ucapnya.

"Tapi dok—"

"Sebentar, pak. Ini urgen."

Dengan rasa berat untuk keluar ruangan, akhirnya gus Alif menghela nafasnya dan mengangguk. "Baik, dok. Tolong istri saya, dok."

"Iya, pak. Kami akan memberikan yang terbaik untuk ibu Alea."

Setelah itu gus Alif pun pergi. Dan menunggu nya diluar bersama bunda, Afif dan juga ummi.

Gus Alif benar benar panik, ia tidak bisa tenang. Ia menggigit bibir bawahnya sembari berjalan mondar mandir.

"Ya Allah, selamat kan istri hamba ya Allah."_batin gus Alif. Tak henti hentinya gus Alif berdo'a kepada yang maha kuasa.

"Abba, nda enapa?" tanya Afif yang tengah duduk diatas paha ummi khusni. Gus Alif menoleh pada Afif, lalu tersenyum dan mendekat.

"Bunda lagi diperiksa sama dokter, sayang." Ucapnya sembari mengelus ujung kepala Afif.

"Enapa nda da anun anun? Nda tidul telus. Aca anen cama nda."

Ucapan sang putranya membuat gus Alif bingung ingin menjawab apa. Ia benar benar kasihan dengan putranya yang sudah beberapa hari tidak tidur dengan bundanya.

"Bunda kan sakit, jadi harus banyak istirahat biar cepet sembuh. Aca gausah khawatir, ya. InsyaAllah bunda bakal cepet bangun dari tidurnya." Ucap gus Alif mencoba menenangkan.

"Sabar ya, sayang. Bunda sebentar lagi sembuh kok. Bunda bakal tidur sama Aca lagi nanti." Sambung bunda Sari.

Tiba tiba pintu ruangan terbuka dan dokter pun keluar dari ruangan tersebut dengan memasang wajah sedih.

Sontak gus Alif langsung beranjak dari jongkok nya dan mendekat pada dokter.

"Dok, bagaimana keadaan istri saya? Dia kenapa? Baik baik aja kan?" tanyanya panik.

"Iya, dok. Bagaimana?" tanya bunda.

Dokter itu menghela nafasnya. "Maaf pak, buk. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain."

Mendengar ucapan dokter itu, gus Alif tak pernah. "Maksud dokter?" tanyanya.

"Ibu Alea tidak bisa kami selamatkan."

DEG!

Saat itu uuga jantung gus Alif terkejut, bukan hanya gus Alif. Tapi bunda dan ummi pun ikut terkejut dan tak percaya.

"Dokter, ini pasti bohong dok. Anak saya bisa kembali sehat, anak saya orang nya kuat dok." Bunda Sari tak percaya, matanya sudah mulai meneteskan air mata.

Sedangkan gus Alif, ia benar benar merasa bodoh. Ia langsung berlari ke dalam dan menghampiri sang istri yang sudah tertutup dengan kain.

Kamudian ia membukanya dan langsung memeluk dan menggoyang goyangkan tubuh Alea. "Sayang! Bangun, sayang. Kamu ga mungkin ninggalin kita!"

"BANGUN, ALEA!!! KAMU DENGER AKU KAN!? Aku mohon kamu bangun, sayang."

Gus Alif benar benar tidak bisa menahan air matanya untuk tidak turun. Ia benar benar rapuh dan merasa bodoh.

Tak lama kemudian bunda dan ummi pun masuk kedalam sembari menangis. "Alea, nak. Bangun, sayang. Jangan tinggalin bunda." lirihnya sembari memegangi tangan Alea.

Dilain sisi, Afif kebingungan mengapa semua orang menangis sembari membangunkan bunda nya itu.

"Nek, nda enapa? Abba cama nenek enapa angis?" tanyanya pada ummi Khusni.

Ummi Khusni mengelus lembut kepala Afif dan tersenyum menahan air mata. "Kamu sabar ya, sayang. Ini ga papa kok." ucapnya menenangkan.

"SAYANG! BANGUN, AKU GAMAU DITINGGALIN KAMU!! Aku mohon kamu bangun, sayang. Aku sayang sama kamu." teriak gus Alif.

Melihat sang Abba yang berteriak sembari menangis dan membangunkan Alea, Afif pun mulai manangis.

"Nda..." lirihnya mulai menangis.

"Aca au ke nda, nek. Aca au anunin nda." Ucap Afif sembari mencoba turun dari gendong ummi. Namun ummi tidak melepaskan Afif.

"Jangan, nak. Afif sama nenek dulu, ya."

"Da nek, aca au ke nda!!" teriak Afif menangis. "Sabar ya, sayang." ucap ummi meneteskan air matanya.

"ALEA, BANGUN!! Jangan tinggalin Aa', sayang.. Maafin Aa'.."

Gus Alif terus berteriak sembari menangis dan mencoba membangunkan sang istri. Lalu tak lama kemudian abi Farhan pun datang ke ruangan itu karna tadi ummi yang mengabari nya jika Alea meninggal dunia.

Sedangkan Azizah dan Regan, ia tidak tahu karna mereka berada dirumah abah Rama.

"Assalamu'alaikum. Astagfirullah, Alif..." Ucap abi Farhan saat melihat putranya itu menangis sembari membangunkan Alea. Kemudian ia menghampiri gus Alif.

"Astagfirullah, nak. Istighfar." Ucap abi menarik tangan gus Alif yang tengah menggoyang goyangkan tubuh Alea.

Kemudian abi memegang kedua tangan gus Alif dan saling menatap. "Istighfar, Alif. Jangan seperti ini."

"Enggak, Abi. Alif gamau kehilangan Alea, Alif sayang sama Alea. Gimana nasib Afif kalo Alea gak ada, bi."

"Dengan cara kamu yang menangis seperti ini, tidak akan membuat Alea kembali lagi."

"Alif sayang sama Alea..." lirihnya.

"Hanya Allah swt yang pengatur segalanya, ini yang terbaik menurut Allah."

Gus alif menghela nafasnya yang terasa sesak kini menjadi sedikit lega, ia menghapus air matanya dan menenangkan diri nya. "Astagfirullahaladzim..."

"Ikhlas ya, Nak."

"Gak bisa Abi...." Alif kembali menangis.

"InsyaAllah ini yang terbaik untuk kamu, Nak. Do'a kan istrimu supaya amal ibadahnya diterima dan ditempatkan ditempat yang mulia."

"Aamiin...."



















SELESAI......


Suami Rahasia [TERBIT]Where stories live. Discover now