45. Marahan

42.1K 2.4K 19
                                    

"Sayang,"

Gus Alif mendekatkan wajahnya pada wajah Alea yang tengah tertidur, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Gus Alif tidak bisa tidur.

Gus Alif terus menerus menatap wajah istrinya dengan lekat, walaupun keadaan dalam kamar gelap, tapi ia masih bisa melihat wajah sang istri.

Ia benar benar gabut, entah apa yang harus ia lakukan. Sholat tahajjud belum waktunya, karna ia selalu sholat di jam tiga pagi.

Tidak ada cara lain untuk membuat dirinya tidak gabut, selain menjahili istrinya yang tengah tertidur menghadap padanya itu.

Ia menoel noel hidung Alea sembari menatapnya lekat. "Cantik banget MasyaAllah istriku."

Ia mengecup pipi Alea, kemudian kembali menatap wajahnya. "Sayang.." Gus Alif mengelus pipi istrinya itu membuatnya menggeliat.

Alea mengubah posisinya menjadi membelakangi suaminya, namun Gus Alif malah lebih mendekat dan memeluk nya dari belakang.

"Sayang, Aa' gabut." bisiknya pada daun telinga Alea.

Merasa terganggu, Alea kembali bergerak dan mengeluarkan suara. "Apaan sih, A'. Alea ngantuk, jangan ganggu."

"Kamu juga suka ganggu Aa' kalo kamu ga bisa tidur. Ini Aa' beneran ga bisa tidur, mau tahajjud tapi belum jam tiga, masih lama."

"Jadi mau Aa' apa? Nonton aja, jangan ganggu Alea." ucapnya yang masih memejamkan mata.

"Ck! Ga asik." Gus Alif beranjak dari tempat tidurnya dan menyalakan lampu kamar membuat Alea langsung membalikan tubuhnya dan membuka matanya walaupun sangat mengantuk.

"Mau kemana?" tanyanya dengan mata yang masih buram, lalu ia kembali memejamkan matanya.

Gus Alif menoleh kearah Alea, "Mau baca Al Qur'an, mau ikut?" ia menaikan kedua halisnya.

Mata Alea kembali terbuka, lalu mengangguk. "Mau. Tapi Alea ngantuk, A'. Aa' bacanya dikasur aja,"

Gus Alif tersenyum dan mengangguk. "Yaudah, Aa' mau ngambil wudhu dulu." lalu dibalas anggukan oleh Alea.

Sekitar tiga menit Gus Alif berada dikamar mandi, setelah itu ia kembali ke luar kamar mandi dan mengambil Al Qur'an lalu kembali duduk dipinggiran kasur.

Ia menatap istrinya yang tengah tertidur, "Sayang, Aa' udah selesai wudhu nya."

Alea terkejut, ia membuka matanya lalu menatap Gus Alif sembari menerjapkan matanya beberapa kali. "Hem? Udah, ya. Sini Aa' nya deketan sama Alea."

"Alea pengen denger sambil tidur, mau tidur dipaha Aa',"

Alea menepuk nepuk tempay disebelah nya, meminta Gus Alif untuk duduk disana. Namun, Gus Alif justru malah mengerutkan keningnya.

"Ga bisa gitu, nanti wudhu nya batal."

"Oh, iya. Deketan aja duduknya, tapi jangan sampe nyentuh Alea."

Gus Alif mengangguk, kemudian menaikan kedua kakinya ke atas kasur, ia mendekat pada Alea namun sangat berhati hati agar tidak bersentuhan.

Ia duduk disamping Alea dan menghadap pada istrinya itu, sedangkan Alea masih dengan keadaan rebahan.

"Cepet, A'. Alea mau denger Aa' ngaji."

"Sabar atuh, lagi nyari surah yang mau dibac—"

"Ar-rahman. Alea maunya surah Ar-rahman."

"Ar-rahman wae ih, yang lain atuh."

"Yaudah terserah Aa', Alea kan cuman dengerin aja."

Gus Alif memikirkan sembari mencari cari surah yang akan ia baca. "Surah yusuf aja, ya. Buat baby nya, biar ganteng mirip sama Abba nya."

Suami Rahasia [TERBIT]Where stories live. Discover now