(C) 23. Berpisah

197 22 49
                                    

Setelah sekian lama bersoal Jawab, pada akhirnya mereka mengakhiri pertemuan itu tepat diwaktu menjelang tengah malam.

Tuan Primodes mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Terimakasih telah bersedia menghadiri pertemuan kecil-kecilan kami."

“Haha, aku yang harusnya berterimakasih. Berkatnya, semua urusan kita selesai dengan damai.” Rimuru kemudian menyambut tangannya dengan ramah.

Ini adalah tanda akhir dari pertemuan panjang itu, sungguh, tidak terasa begitu banyak waktu yang telah terlewat.

Tapi meski begitu, rasa lelah samasekali tidak melanda. Ini bukanlah sebuah kiasan, melainkan kenyataan. Faktanya, menghitung banyaknya waktu yang mereka habiskan, tidak ada satupun dari semua orang yang merasa lelah. Tidak ada satupun.

Sepetinya Dewa yang telah memberikan beberapa pertolongan kecil untuk setidaknya membayar waktu mereka yang terbuang, tentu orang-orang memiliki kesibukannya sendiri.

Demi bertegur sapa untuk yang terakhir kalinya(?), mereka menyempatkan sedikit waktu sebelum berpamitan dan pergi.

Diantara asyiknya obrolan ringan, tiba-tiba Milim meraih Rimuru dan mengguncangnya seraya berwajah sedih.

"Rimuru! Rimuru! Dia mengatai ku!"

Milim mengadu saat telunjuknya menunjuk-nunjuk Onee-san dengan penampilan yang nyaris serupa dengannya.

"Itu fakta, bukan?" Alter Milim membela diri ketika ia berjalan menghampiri keduanya.

"Tidak! Kau salah! Hubungan ku dan Rimuru 'lah yang paling spesial -noda!"

"Huh! Jangan membuat ku mengulanginya," Ia dengan cepat merangkul Rimuru alter disampingnya. "Kami 'lah yang terbaik(!)."

"Apa? tidak!" Milim lantas memasang mata memelas kepada bestie-nya "Rimuru~"

“Hah..” Rimuru membuang napas lelah. “Ada apa ini?”

"Tidak ada--"

"Dia mengejek ku -noda!"

“Mengejek mu?”

Milim lalu menjelaskan tentang perseteruannya dengan versi lain dari dirinya, bahwa dia (Milim alter) menyatakan diri lebih baik dari dirinya (Milim Nava). Ini sungguh melelahkan.

"Haha! Itu memang benar 'kan kohai-ku?"

Bahkan Rimuru alter pun dipaksa mengangguk karena secara tidak sadar dicekik seniornya itu.

‘Orang-orang ini ... Tidak lelah bertengkar terus apa?’

“Baiklah, baiklah, Milim. Jadi sekarang apa maumu?”

"Tunjukkan kehebatan ikatan antar dua pasangan kepada mereka, Rimuru!!"

Rimuru tersentak. “Hei!”

"Wahahaha!"

‘Anak ini mulutnya tidak bisa di rem.’

<<Tch.>>

‘Sensei, apa kau barusan--’

<<Itu hanya imajinasi mu.>>

‘O- oke.’

Rimuru berbatuk kecil demi memperbaiki suasana, ia lantas berbicara.

“Bukankah kalian sudah cukup bermain-mainnya? Waktu sudah semakin dekat, bagiamana kalau kalian saling berpamitan dulu?”

"Apa!? Curang! Curang! Curang!" Milim terus menggerutu kesal dan menggeliat tak karuan ketika Rimuru merangkulnya.

“Ayolah, sudah, sudah. Daripada itu, bagaimana dengan gula kapas? Aku kebetulan membawanya.” Ia lantas menarik cemilan pink itu dari sebuah portal yang muncul.

Tensura: Rimuru and the Parallel world | Fanfic Tensei shitara slime datta kenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang