(D) 25. Tuan dan pelayan

207 16 4
                                    

✧𝑻𝒆𝒏𝒔𝒖𝒓𝒂: 𝑹𝒊𝒎𝒖𝒓𝒖 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒍𝒍𝒆𝒍 𝒘𝒐𝒓𝒍𝒅✧
---------------------------------------------------------

"Baginda, ini sudah keterlaluan! Mereka benar-benar mulai gencar menyerang wilayah-wilayah disekitar mereka!"

"Baginda, kita harus secepatnya menyerang balik mereka!"

"Benar!"

"Benar!"

Sekelompok pria yang dari penghujung remaja hingga lansia terus bersuara tiada henti dengan maksud menuntut, berteriak seperti keledai kelaparan.

Dari penampakannya, pakaian rapi mahal berkilau, mereka sudah pasti bangsawan. Duduk melingkari meja marmer mewah, ditengah-tengah ruangan luas nan besar dengan ukiran-ukiran khas.

Tak lama berjalan, salah satu bangsawan lantas menenangkan keadaan. Dia kemudian ia berucap, "Baginda, seperti kata para bangsawan lain, kita tidak bisa terus berdiam diri. Kerajaan Narvalest telah begitu besar-besaran dalam bertindak, kita harus mempertahankan martabat dan harga diri negara kita. Itu benar 'kan? Hadirin sekalian?".

Pernyataan nya lantas disambut dengan anggukan setuju oleh mayoritas bangsawan.

"Jadi, bagaimana, Baginda?"

Raja tak lekas menjawab, ia melipat tangannya dan memejamkan mata. Merenungkan banyak hal dengan jalan rasional, tidak ada gunanya berpikir terburu-buru.

Meski tak kunjung menjawab, tidak ada satupun dari para bangsawan yang berani kembali bertanya. Raja tidak tuli, raja juga tidak bodoh, dan tidak akan ada orang waras yang menentang keberadaan raja begitu saja.

"Intinya, kalian ingin aku menyerang balik?"

"Benar, Baginda! Kami sangat-- !"

Ia tercegat ketakutan tatkala sang raja menatapnya tajam. Kesalahan yang ia perbuat adalah telah berani memerintah raja, dan dengan begitu bodoh mengeksposnya.

"K- kami bukan bermaksud demikian, Baginda. Kami hanya menyarankan jalan terbaik untuk kerajaan."

Bangsawan lain kemudian menimpali, berusaha meredakan kemarahan sang raja.

"Count, aku ingin tahu lebih jelas apa maksudmu."

"Baginda, dengan menyerang balik mereka, kita dapat segera mengakhiri perangan berkepanjangan ini. Memperluas pasar dan kekuasaan kita, juga meningkatkan kemakmuran kerajaan. Sekaligus, merebut kembali wilayah yang seharusnya milik kita."

Samar-samar sekilas sang raja mengerutkan alisnya. Sejenak menatap lurus mata count itu dengan intens, sang raja lantas beralih kepada bangsawan bersurai merah.

"Duke Hiroshi, apa pendapat mu?" Tanya raja kepada Benimaru.

"Saya kurang sependapat dengan Count Arlo, Baginda."

"Jelaskan."

"Saya mohon izin."

"Ya."

Setelah mendapatkan izin dari raja, Benimaru lantas menjelaskan.

"Raja Narvalest memang mulai memperluas wilayahnya termasuk mengincar salah satu wilayah bagian kerajaan kita, tetapi dinilai dari sisi-sisi tertentu, Narvalest belum lah menggunakan sebagian besar kekuatannya."

"Kenapa kau bisa yakin?"

"Meski tidak mengetahui pasti total keseluruhan kekuatan pihak musuh, saya yakin Raja Narvalest bukanlah seseorang yang akan dengan gegabah melakukan penyerangan dengan tempo terburu-buru seperti itu. Melihat riwayat kepemimpinan nya, menjadi begitu sulit diartikan jika benar ia hanya mengincar wilayah, pasti ada maksud tersembunyi dibaliknya. Jadi, pendapat saya untuk langkah terbaik bagi kerajaan saat ini adalah tetap waspada dan sementara bertahan dengan terus mengamati lawan hingga mereka lengah."

Tensura: Rimuru and the Parallel world | Fanfic Tensei shitara slime datta kenWhere stories live. Discover now