Panjat Pinang

1.8K 19 5
                                    

Alvian mengikuti lomba panjat pinang namun dirinya mengalami cidera.

Penggalan Cerita:


"Dikurangi ya Pak Vian kopinya, ini lambungnya hampir kena," jawab dr. Taufik. Dokter muda itu lalu berdeham, sambil berjalan kembali ke mejanya. Dia lalu membuka laci paling atas, dan mengeluarkan thermometer digital dari sana. "Maaf Pak Vian, bisa nungging sebentar?"

"Eh?" Alvian heran, "kenapa harus nungging ya, Dok?"

"Buat ngukur suhu badan, Pak Vian. Biasanya jika ada infeksi, suhu tubuh akan naik. Ini untuk sekedar jaga-jaga saja, Pak Vian," sahut dr. Taufik tetap dengan senyum ramah professionalnya.

"Bukannya biasanya diemut ya, Dok?" Alvian masih kebingungan.

Dr. Taufik justru tertawa ringan. Ganteng. Entah kenapa senyuman dr. Taufik membuat Alvian sedikit deg-degan. "Kurang akurat, Pak Vian. Ayo, nggak papa kok, nggak usah malu-malu."

"Tapi nanti lubang si . . ."

Dr. Taufik tertawa lagi, memotong perkataan Alvian. "Saya sudah sering melihat lubang anus, kok Pak Vian. Tenang saja." Bohong. Dr. Taufik jarang melihat lubang anus. Apalagi milik cowok seganteng Alvian.

Guru Bahasa inggris itu tidak berdebat lagi, Alvian langsung mengambil posisi nungging. Mau tidak mau, kedua tangannya dia pakai sebagai tumpuan, membiarkan batang kontolnya terlihat, menggelantung ke bawah dan tampak menggoda. "Maaf, Pak Vian, agak dilebarin sedikit kakinya, nah, iya, biar kelihatan jelas lubangnya."

"Ha?" Alvian tidak yakin dengan pendengarannya.

"Enggak Pak Vian. Ini, lubang anus Pak Vian sekarang kelihatan jelas. Bagus lagi bentuknya," jawab dr. Taufik jujur. Mungkin Alvian straight, karena dilihatnya lubang silit milik cowok ganteng itu tampak rapat dan mungil. "Maaf ya, Pak Vian," kata dr. Taufik sembari melesakkan ujung thermometer ke dalam lubang bool Alvian. Pada layar kecil thermometer, angkanya mulai tampak, dari 19 derajad, naik dan stabil di angka 36,8 derajad celcius. Namun dr. Taufik mengabaikannya. "Maaf ya Pak Vian, ini memang agak butuh waktu agar angkanya stabil."

"Berapa lama ya, Dok?" Alvian menyadari bahwa posisinya kini membuat semua bagian tubuhnya yang seharusnya dia tutupi dan jaga malah terumbar dengan memalukan. Hal tersebut, jelas saja, membuat kontolnya perlahan-lahan ngaceng kembali.

"Nggak lama-lama banget kok Pak Vian. Paling dua menit," dr. Taufik lalu menoleh ke arah perawat yang tadi memanggil Alvian, "Ners Tian, ini tolong nanti dicatat ya hasil pengukuran suhunya Pak Vian," perintah dr. Taufik.

Tian pun mendekat, ikut mengamati thermometer yang kini tengah menancap di dalam lubang bool Alvian. Tian juga sudah ngeh dengan batang kontol Alvian yang sudah tegak menjulang menyentuh perutnya. "Ini mungkin kurang dalam, Dok, thermometernya," kata Tian sembari mendorong thermometer itu semakin masuk.

[***]


Cerita sudah tersedia di lynk.id saya. Bagi yang sudah pernah membeli di karyakarsa dulu, ini adalah Alvian dengan Judul:

1. Panjat Pinang

2. Periksa Dokter

Jika kalian pernah membeli salah satu, maka akan mendapatkan diskon 35%. Jika pernah membeli dua-duanya akan mendapatkan diskon 70%. Caranya, kalian bisa sertakan bukti pembelian di email saya aginggie.chivaaree@outlook.com atau bisa ke dm akun twitter saya.


Terima kasih.

Jati Diri (selesai)Where stories live. Discover now