Alvian Kerja Bakti Bagian Kedua (End)

1K 12 1
                                    

Melanjutkan Alvian yang masih berada di rumah orang tuanya.

Cuplikan Cerita:

"Kok bisa gitu tho, Yan?" tanya Pak Dibyo, Pak Leknya itu sambil menatap Alvian lekat-lekat. "Kok bisa ngaceng sekeras ini lho!" tanyanya lagi keheranan sambil memegang batang kontol Alvian yang memang masih tegak sekeras kayu jati. "Padahal ini ada ibumu yang lihat, bapakmu juga lihat. Ada temenmu malahan. Lha malah ngaceng? Nggak malu apa?"

"Ya malu Pak Lek!" Alvian sudah mulai rileks. Ibunya sudah diberitahu. Alvian merasa sedikit lega, tidak harus sembunyi-sembunyi lagi.

"Malu tapi ngaceng!" Pak Dibyo geleng-geleng. "Baru kali ini lho aku denger yang begini. Heran aku, Mas!" kata Pak Dibyo ke Pak Slamet, kakaknya. "Berarti kalau kita lihat lubang silitmu, kamu bakal tambah malu apa, Yan?" Alvian mengangguk lemah. "Kalau tambah malu, bakal tambah ngaceng, begitu?" lagi-lagi Alvian hanya bisa mengangguk. "Oke, coba sekarang duduk senderan, trus angkat kakimu, Yan! Penasaran aku sengaceng apa kamu kalau semakin malu!"

"Jangan macem-macem lho, Dib!" tegur Pak Slamet ke adiknya.

"Lho, Mas nggak penasaran apa, ini Alvian bakal sengaceng apa kalau tambah malu?" dilihatnya kakaknya itu hanya diam sambil melirik Alvian yang masih telanjang dari tadi siang. Karena Pak Slamet diam saja, Pak Dibyo pun melanjutkan rencananya. "Ayo ndang Yan!"

Alvian benar-benar sudah sange parah. Karena tambah lagi orang yang kini melihat kontol jembutnya. Dia kemudian duduk sedikit berbaring di atas kursi, lalu diangkatnya kedua kakinya tinggi-tinggi. Boolnya yang selalu rapet terkuak di depan anggota keluarganya. Bapaknya, ibunya, pacarnya, dan kini ditambah pakleknya. Semua bisa melihat kerutan bibir anus Alvian dengan jelas.

[***]

Jati Diri (selesai)Where stories live. Discover now