Petualangan Alvian 2

2.3K 33 2
                                    

Melanjutkan Petualangan Alvian yang Pertama.

List Cerita:

1. Pentas Seni Part 1

2. Pentas Seni Part 2


Seperti biasa, jika kalian pernah membeli kedua cerita ini di karyakarsa, kalian akan mendapatkan potongan harga 90%

Jika hanya salah satu saja, makan diskon yang akan di dapatkan adalah 45%

Caranya, kalian email ke aginggie.chivaaree@outlook.com dengan judul: Petualangan Alvian 2, lalu sertakan bukti pembelian.

Untuk yang belum pernah beli, akan ada diskon 30% dengan kode P30nt4s berlaku untuk 30 pembeli pertama.


Terima kasih.


Penggalan Cerita:


"Nah, jangan kalah dengan anak-anak didik kita, para guru juga harus ngasih sesuatu pertunjukkan untuk pentas seni!" kata Pak Romli dengan menggebu-gebu. Pak Romli berada di bangku paling depan, agak kanan sehingga sesekali bisa melihat para guru yang lain. Sementara Awan yang duduk paling belakang tengah menyuapi Alvian dengan lemper yang kebetulan duduk di sampingnya. Cara Awan menyuapi Alvian benar-benar membuat orang ngilu. Pak Karsono yang duduk beberapa bangku di depan mereka, sedikit-sedikit menoleh ke belakang. Perhatiannya terpecah antara harus memperhatikan apa yang sedang disampaikan Pak Romli atau ikut menikmati apa yang sedang dilakukan Awan dan Alvian. Cara Awan menyuapi lemper memang iseng, Alvian tampak seperti sedang mem-blowjob lemper tersebut, tangan Awan yang menyuapi lemper dimaju-mundurkan. Mereka duduk di belakang, jadi tidak begitu diperhatikan oleh rekan-rekan guru yang lain, kecuali Pak Karsono.

"Ngaceng kamu, Yang?" bisik Awan di telinga Alvian, "lepas coba celana kamu!"

"Di sini, Wan?" bisik Alvian balik, tidak percaya dengan ide gila pacarnya.

Awan tersenyum, "iya, lepas celana panjang dan sempak kamu, sekarang!"

Alvian takut-takut, tetapi juga deg-degan. Menengok ke depan, memastikan tidak ada guru yang sedang menengok ke belakang, agar rekan-rekan gurunya tidak melihat apa yang sedang dia lakukan. Alvian membuka kait celana panjangnya, lalu menurunkan resleting celananya. "Ini beneran, Wan?" Alvian benar-benar tidak habis pikir. Tetapi jantungnya juga berdegup sangat kencang penuh adrenalin.

"Iya!"

Alvian sedikit mengangkat pantatnya, lalu memelorotkan celana panjang beserta sempaknya. Jika dilihat dari depan, Alvian memang tidak mencurigakan, karena bagian perut ke bawah tertutup meja. Awan lalu mengocok kontol Alvian yang sudah ngaceng sekeras kayu tersebut. Dilepasnya dua kancing teratas kemeja batik Alvian, dan Awan menggunakan tangan kirinya yang bebas menelusup, menemukan puting Alvian yang sudah melenting dan memelintirnya. Alvian berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendesah, takut dirinya dan Awan akan ke gep jika dia mengeluarkan lenguhan-lenguhan kenikmatan. "Aku mau crot, Yang!"

"Crot aja, aku mau liat! Keluarin pejuhmu, Yang! Suka ya dikocokin di tengah-tengah banyak orang gini?" Alvian hanya mengangguk, "dasar mesum kamu, Yang!" Awan semakin cepat mengocok kontol Alvian, "bayangin tiba-tiba rekan-rekan guru kita semua menengok ke belakang trus liat kamu lagi dicoliin gini! Malu nggak kamu?"

"Malu Yang."

"Bener? Malu kok ngaceng?" Awan melepas satu kancing lagi. Dengan begini, dada Alvian sudah tampak, pentilnya bisa dilihat dengan mudah.

"Aku nggak kuat lagi, Wan!" Alvian bersender ke bahu Awan ketika lubang kontolnya menyemburkan banyak sekali sperma. Spermanya muncrat jauh beberapa kali, membasahi karpet dibawah mereka. Alvian ngos-ngosan.

"Alvian agak nggak enak badan," jelas Awan ketika Bu Farida dan Pak Karsono menengok dan melihat Alvian tengah dipeluk oleh Awan dan merebahkan kepalanya di bahu Awan. Mereka tidak tahu saja, pejuh Alvian berceceran di lantai berkarpet ruang rapat guru!!

[***]

Jati Diri (selesai)Where stories live. Discover now