Petualangan Alvian Bag. 5

1.7K 14 6
                                    

Hi! Semoga pada sehat semua ya.

Pada Petualangan Alvian Bag. 5 ini terdapat empat chapter:

1. Menepati Janji

2. Dikunjungi Mbah Langkung

3. Korban Fitnah (Baru, belum pernah diupload dimanapun)

4. Kunjungan Kesehatan

Untuk yang pernah membeli di karyakarsa dulu, bisa langsung email ke aginggie.chivaaree@outlook.com untuk mendapatkan diskon 25% jika membeli salah satu. 50% jika membeli salah dua dan 75% jika pernah membeli ketiganya.

Untuk yang belum pernah membeli sama sekali, dapatkan diskon 10% dengan kode Alvian2039.

Cuplikan Cerita 'Menepati Janji'

Selanjutnya, Alvian melepas sepatu pantofelnya, dilanjut kaos kaki. Diletakkanya kedua sepatunya itu di bawah kursi guru. Hari ini kebetulan Alvian tidak memakai ikat pinggang, jadi, dia langsung melepas kait celana bahan yang dia kenakan, menurunkan resleting, dan menurunkannya. Celana itu lalu bergabung dengan kemeja Alvian yang tadi ia letakkan pada sandaran kursi.

Alvian lupa bahwa dirinya hari ini memakai sempak backless, dirinya baru tersadar saat Alvian merasakan angin menyentuh kulit pantatnya secara langsung. Wajahnya langsung memerah, tetapi Alvian pura-pura tenang. "Sudah kan?" tanya Alvian, "ayo mulai beres-beresnya, dinaikkan ya kursi-kursinya ke atas meja, lalu disapu. Yang laki-laki ambil ember sama alat pel!" Alvian kemudian berbalik, dan memindahkan kemeja beserta celananya ke atas meja guru, lalu menaikkan kursi gurunya. Saat itulah, para siswa sadar bahwa celana dalam yang dipakai oleh guru mereka sangatlah aneh. Belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Pak, itu model celana dalam apa, Pak? Kok bagian bokong nggak ada tutupnya?" tanya Ratna yang penasaran.

"Model tanga," jawab Alvian pura-pura cuek, padahal jantungnya mulai berdetak kencang, batang kontolnya mulai bergerak-gerak. "Sudah-sudah, kalian jangan fokus ke bokong Bapak, fokusnya ke bersih-bersih!"

"Tapi Pak Vian coklatnya bisa merata ya! Sampai ke bokong-bokongnya, nggak belang!" kini Linda yang sok polos.

'Ya jelas rata, dirinya disuruh Awan berjemur telanjang bulat!' dumel Alvian dalam hati. "Dari sananya," jawab Alvian pendek. "Sudah! Ayo fokus biar cepat kelar!" Alvian dan anak-anak 9A segera bebersih. Ada yang mengelap meja, menghapus papan tulis, membersihkan selokan yang berada di depan ruang kelas. Sementara Alvian hanya mengawasi sambil sesekali membantu. Dirinya juga tidak keluar kelas, hanya berada di dalam kelas saja mengingat kondisinya yang hanya bersempak.

"Pak Vian!"

"Apalagi, Jonathan Aga Nianta? Manggil-manggil mulu dari tadi!" Alvian mulai kesal juga, sehingga dia malah memanggil nama lengkap Aga. Sedari tadi memang Aga sering mengusilinya. Belum ada lima menit ketika tadi Aga menyuruh Alvian berjongkok untuk mengambil penghapus yang jatuh masuk ke bawah meja, sehingga posisi Alvian harus merangkak, dengan kedua tangan dan kedua lutut di lantai. Posisi Alvian yang sedikit menungging, ditambah kedua kaki Alvian yang dibuka lebar membuat Aga dan beberapa siswa yang berada dibaliknya bisa melihat belahan bokong Alvian yang warnanya juga sama coklatnya dengan bokongnya! Bool Alvian juga bisa dilihat jelas, bibir anus Alvian yang berwarna sedikit lebih hitam dari warna kulit Alvian lainnya dan berkerut-kerut, kembang-kempis. Lubang silit Alvian yang sedang menjadi tontonan itu bentuknya sudah tidak rapat, membentuk huruf o kecil. Juga karena kantong celana dalam yang dipakai Alvian tertarik ke depan karena kondisi kontolnya yang mulai ngaceng, sebagian biji peler Alvian bisa dilihat. Terutama biji sebelah kanan yang sudah keluar dari sarangnya, menggantung begitu saja untuk dipandang. Posisi itu mengundang sekali untuk dilecehkan. Dan Aga, sudah menfotonya dengan sempurna.

[***]

Cuplikan Cerita 'Dikunjungi Mbah Langkung'

"Itu, keluhannya apa? Kan nggak mungkin sudah loyo!" ujar Warno sambil dagunya menunjuk kontol ngaceng Alvian.

Alvian malas menjawab, namun teringat pesan Mbah Langkung kalau dirinya tidak boleh berbohong. "Anu Pak . . . . ." Bagaimana juga cara dirinya menjelaskan kalau Mbah Langkung sedang ingin membuat lubang anusnya rapat kembali? "Itu . . .nya . . . .uuuum . . . . punya . . . saya mau . . . .ummm, dirapatkan lagi," Alvian terbata-bata. Akhirnya mereka sampai di tempat mandi yang ternyata berupa pancuran. Setelah sampai di sana, Warno bukannya pergi, dia justru menemani Alvian mandi.

"Apanya yang dirapatkan, Mas?" Alvian pura-pura tidak mendengar, sibuk menenggelamkan diri dalam air pancuran. "Mas? Mas Vian!" Warno agak berteriak, yang membuat Alvian tidak bisa mengeles lagi.

"Ya Pak?"

"Apanya yang perlu dirapatkan, Mas?"

Sialan! Salah satu pesan Mbah Langkung dirinya tidak boleh berbohong lagi! "Lubang pantat saya, Pak."

"Ha?!"

"Lubang pantat saya, Pak."

"Nggak jelas Mas, suaranya!"

"LUBANG PANTAT SAYA, PAK!!" Alvian berseru.

Mendengar itu Warnotersenyum, dia lalu ikut turun namun masih dalam jarak aman tidak terciprat airpancuran. "Mana saya lihat coba, Mas? Memangnya selonggar apa sih, Mas?"

[***]

Cuplikan 'Korban Fitnah'

"Bentar ya Mas Awan!" Pak Romli langsung menyerahkan hape bergambar foto telanjang itu ke tangan Bu Farida. "Ini di samping biji peler ada tahi lalat kalau yang difoto, saya periksa sebentar, Mas!" Pak Romli memegang testis Awan, menangkupnya dengan satu genggaman lalu menggesernya ke kiri. Tidak mendapati tahi lalat di situ, hanya beberapa helai jembut yang kebetulan tumbuh nakal sampai area itu, Pak Ramli pun menggesernya ke kanan. Nihil. Tidak ada juga tahi lalat di situ. "Iya nggak ada. Sepertinya memang bukan foto Mas Awan."

"Bentuk kontolnya juga beda kok, Pak!" kata Awan sambil menggoyang-goyangkan batang kontolnya ke kanan, ke kiri, ke bawah, ke atas. Memang beda ketika mengerjai Alvian yang masih ada malu-malunya. Awan ini benar-benar sudah hilang rasa malunya.

"Tapi di foto kontolnya ngaceng, Pak!" teriak salah satu perwakilan wali murid. Tidak mau hal ini berakhir begitu saja. "Jadi biar bisa dibandingkan, ya kontolnya Pak Awan ini harus ngaceng juga!" katanya melanjutkan.

[***]

Cuplikan Cerita 'Kunjungan Kesehatan'

"Nah, sebelum kita memahami alat reproduksi wanita, dianjurkan untuk kalian tahu tentang organ reproduksi kalian sendiri," Helmi diam sesaat, menatap para siswa yang duduk lesehan di depannya. "Hayo, siapa yang sudah pernah masturbasi? Coli?" pertanyaan itu diajukan dengan nada bercanda, yang sekali lagi, membuat para siswa saling lempar nama, mengkambing-hitamkan teman mereka. "Tenang, tenang, tenang, coli itu wajar." Helmi berkata lagi. Helmi memang cocok untuk menjadi pembicara. Segala pembahasan dalam materi seksual bisa disampaikan dengan mode bercanda tetapi tetap mengena. "Nah, kali ini sebagai bonus, Kak Helmi nggak sendiri. Tadi Pak Romli sudah menunjuk relawan untuk menemani Kak Helmi di sini." Helmi sudah selesai dengan presentasinya. Namun, ini request khusus dari Pak Romli, dan Helmi juga tidak menolak untuk membantu. Sementara itu, Alvian yang tengah berdiri di samping Awan tiba-tiba gugup ketika Helmi memandangnya. Perasaan tidak enak mulai menghantuinya. Dia melirik Awan yang sok pura-pura sibuk. "Beri tepuk tangan untuk keberanian Pak Vian!" Alvian melongo, sedikit terkejut mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Helmi. Dia mencubit perut Awan, dan pacarnya itu hanya terkekeh. "Ayo Pak Vian, ditunggu sama saya di depan sini." Alvian melenguh kalah, apalagi Helmi terus-menerus memanggil namanya. Guru ganteng itu akhirnya melangkah ke depan.

Sial, apa yang dikhawatirkannya terjadi juga, sungut Alvian sebal dalam hatinya. Meski tidak bisa ia pungkiri, hatinya mulai deg-degan lebih cepat. Ini tentang penyuluhan seks, bagaimana kalau dirinya disuruh telanjang? Memikirkan itu, peredaran darah di batang kontol Alvian mulai berdenyut. Berbeda dengan Alvian yang kesal, dan melirik Pak Romli dan Awan dengan parasaan marah, para murid justru bertepuk tangan senang. "Tenang Pak Vian, saya nggak akan nyuruh Pak Alvian coli kok," canda Helmi yang langsung disambut tawa hampir semua orang, kecuali Alvian tentu saja. "Pak Vian langsung saja dilepas semua bajunya," perintah Helmi.

[***]

Jati Diri (selesai)Where stories live. Discover now