Petualangan Alvian Bag. 9

1K 14 5
                                    

Melanjutkan Alvian yang masih ketempelan Penunggu Rumah Sakit yang mesum.

Cuplikan cerita:

Pak Romli mengulurkan tangannya ke bawah, kemudian menurunkan resleting celana bahan Alvian, setelahnya tangan nakal Pak Romli merogoh ke dalam lewat lubang kecil tersebut, "nggak pake sempak, Mas?"

"Iya Pak! Saya sengaja nggak pake." Alvian bingung dengan dirinya sendiri. Seolah-olah dia ingin pamer jika ia memang guru mesum. "Nanti biar nongol palkon saya, Pak!"

"Mantap! Sering-sering saja, Mas Vian!"

Alvian hanya cengengan saja, dan tidak menaikkan kembali resleting celananya. Mereka berdua kemudian berjalan beriringan menuju ke ruangan guru. Karena memang letak ruangan Kepala Sekolah berdampingan dengan ruangan guru. Ketika berjalan, beberapa kali Pak Romli dan Alvian membalas sapaan murid-murid yang berpapasan dengan mereka. Ketika berjalan beriringan itulah, Pak Romli timbul ide gila. "Mas Vian!" kata Pak Romli tiba-tiba sembari menepuk pundak Alvian.

Guru muda itu kaget sebentar, sebelum akhirnya menoleh, "kenapa Pak?"

"Mas Vian mau jadi pembina upacara hari ini?" Hha? Meskipun hari ini bukan hari Senin, tetapi hari ini adalah peringatan Hari Guru Nasional. "Saya ingin memberi contoh kepada murid-murid semua, bahwa meskipun Mas Vian ini guru teladan dan pandai mendidik para murid, namun jika berbuat amoral maka juga perlu dihukum."

Alvian bingung dan tidak mengerti dengan apa yang baru saja dibicarakan oleh Pak Romli. "Maksud Bapak gimana? Saya amoral gimananya, Pak?"

Pak Romli lalu tersenyum, "Mas Vian saat baru-baru pindah, bukannya pernah telanjang di UKS? Lalu jalan ke lapangan upacara untuk ambil baju? Itu amoral lho, Mas!" Alvian tertegun. "Mas Vian juga pernah mengajar telanjang kan? Hayo? Saya tahu lho, Mas!" Pak Romli menjelaskan. "Oleh karenanya, nanti Mas Vian jadi pembina upacara," pungkas Pak Romli. "Dan harus BUGIL sebagai hukuman," tambah Pak Kepala Sekolah tersebut.

Kini Alvian tersentak kaget. Pertama, alam bawah sadarnya merespon dengan sangat bersemangat. Tetapi otak warasnya menolak keras-keras. Reaksi ini berbeda dengan tubuhnya yang sedang ketempelan penunggu rumah sakit yang mesum, langsung bereaksi positif dengan apa yang dikatakan oleh Pak Romli.

"Saya bugil di lapangan upacara sebagai pembina upacara, begitu Pak?"

[***]

Jati Diri (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang