05 ; Home

1.2K 184 44
                                    


Felix perhatikan orang-orang yang berlalu lalang mengisi perabotan di rumah barunya bersama Minho.

Tadi pagi barang-barang pribadi Felix yang tak seberapa sudah di pindahkan jadi sekarang saatnya mengisi rumah ini dengan furniture dan perabotan lainnya yang Minho pesan kemarin melalui tangan kanannya.

Felix merasa seperti tinggal di rumah impiannya.

Meskipun semua furniture dan perabotannya tidak di pesan sesuai keinginannya namun Felix tetap menyukainya.

" Maaf ya."

Felix menoleh menatap Minho yang tiba-tiba meminta maaf, "Untuk?"

" Aku terburu-buru jadi tidak menanyakan furniture mana dan warna apa yang kau suka."

Felix tersenyum, "Tak masalah, aku tidak cerewet."

Minho mengangguk, "Kalau kau tidak suka, tak masalah jika kita menukar semua furniture ini dengan gaya yang sesuai keinginanmu."

" Aku terburu-buru semalam." sambung Minho.

Omong-omong soal semalam..

" Apa aku terlalu kasar?" tanya Felix.

Minho berdehem.

" Punggungku sakit terkena cakaranmu."

" Itu pelampiasan! Kau terlalu brutal tau! Aku─"

" Iya-iya, maaf. Lain kali aku akan lebih lembut." potong Minho.

Percakapan yang terdengar sangat ambigu membuat orang-orang yang mendengarnya tentu mengira pembahasan Minho dan Felix adalah mengenai kegiatan panas yang lumrah di lakukan oleh pasangan yang telah menikah.

Namun Felix dan Minho itu berbeda, yang mereka bahas itu mengenai pertarungan mereka semalam.

Felix menghela nafasnya, "Tidak ada maid kan nanti?" tanya Felix mengalihkan topik pembicaraan mereka.

" Iya, kau sanggup?"

" Sanggup, kita kerjakan bersama kan?"

Hening sejenak.

" Aku sibuk." jawab Minho.

Suasana di antara keduanya pun kembali hening.

" Aku akan memasak di pagi hari dan melakukan laundry, bagaimana?" tawar Minho.

" Kurang." jawab Felix dengan ekspresi cemberut.

" Aku yang akan belanja?"

Felix mendengus, "Aku juga ingin keluar rumah, kita lakukan hal itu bersama." ucap Felix dibalas anggukan oleh Minho.

" Omong-omong Lix, aku akan membebaskanmu untuk melakukan apapun yang kau mau."

" Hm? Maksudmu?" tanya Felix sekedar untuk mengkonfirmasi ulang.

Minho mengeluarkan black card miliknya kemudian ia serahkan pada Felix.

" Pin nya tanggal pernikahan kita. Membuatmu berada di dalam hubungan ini sudah membebanimu jadi aku tak ingin kau semakin merasa terbebani dan jadi gila."

" Aku juga harus menafkahimu kan?" sambung Minho.

Felix menerima black card itu dan tersenyum.

" Aku boleh beli apapun?"

Minho mengangguk, "Apapun."

" Termasuk pulau?" tanya Felix, ia kemudian terkikik geli melihat ekspresi sinis Minho.

" Uh! Rasanya seperti menjadi pemeran di film-film, orang miskin yang menikah dengan big bos mafia sepertimu, mendapatkan black card, tinggal di rumah mewah, lalu─"

rampant ; minlix'✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang