Christian atau lebih tepatnya Christopher Bang melemparkan senyum pada seorang pria yang sudah cukup lama ia layani.
" Saya harus kembali ke Australia, tuan."
" Apa kau akan menikah, Chris?" tanya Minho.
Chris tampak berpikir, "Hm.. Saya belum memiliki keinginan untuk menikah."
" Jangan menikah, Chris. Nanti kau bisa jadi duda sepertiku." ucap Minho seraya menaruh puntung rokok nya di asbak.
" Kalau bukan karena perusahaan kakek, aku sudah tak punya alasan untuk hidup. Aku bahagia keluarga keparat itu sudah mati, tante juga kini bahagia bersama anaknya di Jepang tapi─"
" Memang akhir seperti ini yang ku inginkan tapi aku gagal merasa bahagia karena kehilangan cinta."
Chris tersenyum tipis, lebih tepatnya menahan geli.
Minho itu terkenal dingin, sejak Chris kenal dengan Minho dan melayani Minho sebagai tangan kanannya,
Minho yang telah menjadi suami Felix sangatlah emosional, apalagi setelah mengenal cinta.
Minho jadi alay.
Chris menghela nafasnya.
' Cepatlah kembali, Felix.' batinnya yang tengah menahan tawa melihat wajah Minho yang sedang galau.
" Tuan, Felix hanya menghilang."
Ya, Minho tau pesawat yang jatuh itu berhasil mendarat di laut namun Felix hilang.
Dan ini yang membuat Minho merasa sangat sesak.
Ia berharap Felix kembali namum─
Apa itu mungkin?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Setelah kepergian Chris, ruang kerja Minho kembali terasa hampa dan sunyi.
Minho tatap kalender yang terletak di atas meja kerja nya.
24 Oktober.
Besok hari ulang tahunnya.
" Aku baru sadar kalau kita belum pernah mengambil gambar bersama." gumam Minho.
" Bahkan tidak ada foto pre-wedding."
Minho merindukan Felix, sangat.
Namun apa yang bisa Minho lakukan untuk melepas rasa rindu itu?
Minho sandarkan punggungnya pada kursi kerja nya, ia pejamkan matanya berusaha mengenang masa-masa indahnya bersama Felix.
Pertengkaran mereka, canda-tawa, dan saat-saat dirinya bisa membuat Felix tersenyum.
