17. Kegelisahan Rania

12.2K 641 11
                                    

"Bagaimana, apakah makan roti membuat perasaanmu membaik?" tanya Arsa dengan nada yang sengaja direndahkan saat Shanum menggigit roti kedua miliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagaimana, apakah makan roti membuat perasaanmu membaik?" tanya Arsa dengan nada yang sengaja direndahkan saat Shanum menggigit roti kedua miliknya.

Shanum hanya manggut-manggut mengiyakan semua ucapan Arsa. Perasaannya sudah tidak sesedih tadi, dia bahkan bisa menikmati makanannya dengan tenang.

Kedua orang itu masih mengobrol bersama, mereka berada di Jun's Bakery dan membahas banyak hal tentang roti.

"Kalau perasaanmu kembali tidak nyaman, pergi ke sini saja, ya. Aku jamin. Roti buatan ibuku akan membuatmu bahagia."

Shanum terkekeh mendengar ucapan Arsa, ucapannya tidak salah. Lagipula Shanum sudah sering memuji roti buatan Bibi Hana yang selalu pas di lidahnya.

Tak hanya rasanya yang lezat, bahkan bentuknya sangat cantik. Shanum selalu memotret terlebih dahulu roti tersebut sebelum dia menyantapnya sampai habis.

"Setidaknya kamu kamu harus mencoba varian lain. Setidaknya cobalah salah satu, atau karirmu sebentar lagi akan tamat kalau tidak mencobanya." Arsa malah menakut-nakuti.

"Kamu pikir roti ini mengandung kutukan?"

Tentu tidak. Aku hanya mengancam saja."

Shanum memutar bola matanya malas, apakah bicara dengan Arsa memang setidak nyambung ini? Tapi kalau dipikir-pikir, dia masih lebih baik daripada Sabda.

Tentu saja, tidak ada yang lebih buruk di dunia ini selain komunikasi dua pasangan suami istri tersebut.

"Dulu cokelat juga rasa favoritku, tapi setelah varian lainnya keluar, aku lebih suka rasa matcha. Meskipun begitu, rasa cokelat tetap menjadi primadona di toko ini." Arsa berkomentar.

Shanum mengangguk, dia juga setuju bahwa rasa cokelat memang tidak ada tandingannya. Bahkan meski varian lain sudah naik daun menyaingi rasa kesukaannya.

"Kalau begitu, kamu bukan tipe laki-laki yang setia, bagaimana mungkin kamu dengan cepat berpaling?"

Arsa mendengkus pendek. "Kalau kamu tidak mau mencoba rasa yang lain dan hanya bertahan dengan rasa yang ada, kamu tidak akan tahu bahwa perbedaan itu indah."

Shanum mendongak saat Arsa mengatakan hal itu. Entah kenapa seperti ada makna lain yang tersirat di sana. Shanum hanya bisa meringis dan mengangguk sebagai jawaban.

Selagi mereka makan, Arsa terus memperhatikan Shanum tanpa gadis itu sadari. Shanum terlalu fokus dengan makanannya sampai tidak sadar kalau Arsa menatapnya sejak tadi, mungkin karena Shanum kelaparan setelah menangis.

"Ngomong-ngomong, apa benar kamu sudah baik-baik saja?" tanya Arsa, membuat Shanum menoleh padanya.

"Ya, aku baik-baik saja, kenapa?"

Entah hanya perasaannya atau bukan, tapi Arsa melihat ada ekspresi lain di wajah Shanum. Lebih tepatnya gadis itu tengah berbohong.

"Sepertinya kamu habis menangis."

Surga yang Terabaikan (END)Where stories live. Discover now