1. Drop Out

3.9K 120 5
                                    

Drap.. drap... Drap...

Suara langkah kaki yang berlarian dari ujung koridor terdengar. Seorang siswa berlari kencang membelah kerumunan.

"Minggir!!" seru siswa tadi menyeruak diantara orang-orang yang memenuhi koridor, membuat orang-orang itu sontak langsung menyingkir lantaran takut tertabrak.

Ciittt...

Kakinya mengerem cepat saat berada di belokan koridor, menyebabkan bunyi berderit hasil dari gesekan sepatunya dengan lantai. Lantas dengan kecepatan yang sama, ia melanjutkan langkah kakinya dengan cepat menuju ruang guru.

Srett...

Suara pintu terbuka. Siswa itu dengan nafasnya yang terengah-engah menatap ke ruang guru. Pandangnya menyapu seluruh ruangan mencari wali kelasnya.

"Harada Senseii, Megumi Kun berkelahi lagi," seru siswa itu. Tanpa menunggu dua kali, seorang guru disitu langsung berlari mengikuti langkah kaki siswa tadi.

Megumi Fushiguro, siapa yang tak mengenal siswa itu. Siswa tahun kedua di SMA Osaka, dengan kepribadian yang sangat buruk. Ia tak mempedulikan perkataan atau tanggapan orang lain terhadap dirinya. Ia menantang siapapun yang berbeda prinsip dengannya.
Keahlian bela dirinya diatas rata-rata siswa.

Karena itulah, dia berani melawan teman-temannya dan bahkan kakak kelasnya. Kepribadiannya yang dingin, cuek, dan bodo amat membuat kawan-kawannya sungkan untuk mendekatinya.

"Fushiguro Kun! Yameroo!"
Harada berteriak sembari menyibak kerumunan siswa yang mengerumuni lapangan. Kerumunan itu terbuka, memperlihatkan seorang siswa berambut hitam legam sedang menginjak dua orang siswa lainnya yang terlihat babak belur.

Harada terperanjat melihat hal itu. Seolah tak mempercayai penglihatannya, kedua siswa yang tumbang di kaki Megumi terlihat mengenaskan kondisinya. Wajahnya babak belur dengan beberapa luka memar di bagian pelipis dan juga bibirnya yang sobek mengeluarkan darah.


"Apa yang kau lakukan?" tanya Harada sembari menarik bahu Megumi agar siswa itu menyingkirkan kakinya.

"Oh, aku sedang membersihkan alas kakiku," kata Megumi dengan wajah dingin dan kaku tanpa ekspresi.

Harada melotot lebar. Namun, ekspresi wajah Megumi tetap tak menunjukkan perubahan.

"Hah? Nande? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Megumi.

"Omae wa..." Harada menghentikan ucapannya. Tangannya mencekal bahu Megumi dan memberikan tatapan tajam pada siswanya yang sering membuat masalah itu.

"Ikut ke ruang guru," tegas Harada.
"Semuanya bubar!"

Kerumunan siswa itu perlahan bubar dengan suara bisik-bisik yang bergemuruh bagai dengung ratusan lebah. Mereka masih membicarakan tentang Megumi yang mengajar Kakak kelasnya tadi.

Megumi sendiri berjalan mengikuti langkah gurunya menuju ruang guru. Ia sudah bisa menebak apa lagi kali ini yang akan terjadi. Hal terakhir yang diterimanya adalah surat panggilan ke tiga dari pihak sekolah, dan Megumi sengaja membuangnya tanpa memberitahu ayahnya. Ia bisa menebak, kali ini dirinya pasti dikeluarkan.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" tanya Harada. Ia menatap tajam ke arah Megumi yang balas menatapnya dengan tatapan datar. Anak itu benar-benar tak takut terhadap apapun. Sorot matanya tajam dan gelap, ekspresi wajahnya selalu dingin tanpa seulas senyum. Entah apa yang dipikirkan anak itu. Harada yang pernah mempelajari psikologi ekspresi wajah kesulitan menebak isi pikiran Megumi.

"Panggil ayahmu untuk datang ke sekolah," kata Harada.
"Dia sibuk. Dia tidak bisa datang ke sekolah," kata Megumi.

"Karena kau tak pernah memberikan surat —"

"Aku berikan pun, dia tetap tidak akan datang," Megumi memotong kalimat sensei-nya.  Harada menghela nafas panjang dan menatap Megumi lagi. Seperti tadi, ekspresi wajahnya tetap datar. Tak ada tanda-tanda emosi disitu. Entah senang, sedih, kecewa, atau apa. Seolah tubuh Megumi itu kosong tanpa jiwa.

"Cukup keluarkan aku kalau sensei tak suka padaku," kata Megumi.
"Matte, Megumi..."
Megumi berbalik keluar ruangan guru. Mengabaikan panggilan dari gurunya.

"Megumi Kun! Matte yo!"
Megumi tetap berjalan lurus melewati koridor sekolah yang sepi. Jam pelajaran sudah masuk dari tadi.

"Yosh, mari kita keluarkan murid bermasalah itu," seorang pria bertubuh gemuk menepuk bahu Harada.

"Eh, Tomoyama sensei," ujar Harada agak terkejut.

"Tidak ada gunanya mempertahankan murid seperti itu. Citra sekolah juga akan buruk kalau kita tidak segera mengeluarkannya," kata Tomoyama.

"Demo—"

"Sekeranjang apel akan ikut busuk lantaran ada satu apel busuk yang tak segera di buang. Daripada membiarkan seluruh apel busuk, bukannya lebih baik membuang satu yang busuk itu?" tanya Tomoyama. Ia menepuk bahu Harada yang masih terdiam dan menatap lurus ke depan, ke arah jejak telapak kaki Megumi yang sudah menghilang.

The Trouble maker  || Sukuna X Fushiguro 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang