22. dirty mind

1.1K 68 12
                                    

Akhir musim gugur, angin berhembus pelan. Membawa dinginnya udara dari musim dingin yang hendak datang.
Puluhan orang mulai mengenakan pakaian tebal. Kepulan asap keluar dari nafas setiap orang.
Kedai-kedai eskrim di pinggir jalan mulai digantikan oleh makanan dan minuman hangat.

"Hei, apa yang kau lakukan saat libur musim dingin nanti?" tanya Yuuji. Ia sedang menunggu Megumi memberesi lokernya.

"Tidak tahu," Megumi mengangkat bahu.

"Ayo datang ke festival. Aku ingin datang ke festival Sapporo di Hokkaido."

Megumi menatap Yuuji yang terlihat bersemangat menceritakan pengalamannya datang ke festival salju itu. Bilang bahwa di sana banyak sekali patung salju yang cantik dan keren.

"Aku akan memikirkannya nanti," ujar Megumi kemudian.

"Ah, kau tidak seru sama sekali," keluh Yuuji saat menyadari sikap Megumi yang tidak antusias sama sekali.

"Aku masih punya sesuatu untuk dikerjakan," kata Megumi.

"Apa itu?"

"Belajar untuk ujian kenaikan kelas."

Yuuji menepuk jidatnya. Belajar?? Yang benar saja. Megumi adalah siswa terpintar yang pernah Yuuji temui. Walaupun Megumi masuk di pertengahan semester, rasanya cowok itu tidak akan gagal di ujian nanti.

"Tentu saja. Semoga berhasil," Yuuji menepuk bahu Megumi.

***********

Srett... Srett...

Suara gurat pensil terdengar saat Megumi menuliskan sesuatu di atas bukunya. Sebuah kaca mat bertengger di hidungnya. Kepalanya menunduk fokus menatap jajaran buku di depannya. Poni rambutnya yang panjang jatuh menutupi sebagian matanya.

"Kau tidak keluar?"

Megumi menoleh sekilas. Sukuna baru memasuki ruang kamar. Tanpa perlu merasa menjawab pertanyaan itu, Megumi kembali fokus pada bukunya.

"Hei, aku sedang berbicara denganmu!" seru Sukuna setengah kesal.

"Seperti yang kau lihat. Aku tak merasa harus menjawab pertanyaanmu barusan," jawab Megumi.

Cih... Dasar cowok itu. Sukuna mendesis kesal. Ia berjalan ke arah meja belajarnya yang bersandingan dengan meja belajar Megumi. Yaah, namanya juga kamar asrama.

"Hei, kau serius tak mau jalan-jalan keluar? Hari ini ada festival pameran rakyat di dekat pusat kota. Kau tak mau datang?" tanya Sukuna. Ia duduk di atas meja. Memainkan sebuah buku milik Megumi.

"Berhenti menggangguku dan pergilah!" tegas Megumi. Dengan sengit, ia menyambar kembali buku yang dipegang Sukuna barusan.

"Kasar sekali. Tapi sangat cantik," Sukuna mengangkat tangannya. Jemarinya menyibak poni rambut yang menutupi sebagian wajah Megumi.

"Kau lebih cantik saat memakai kaca mata," ujar Sukuna. Ia meneguk ludah sendiri.

Plak...

Kasar, Megumi menghempaskan tangan Sukuna. Ia melepas kaca matanya sendiri dan menyimpannya ke dalam laci.

Tanpa mengucap sepatah katapun, Megumi memberesi bukunya dan menumpuknya menjadi satu. Ia melangkah keluar kamar, hendak mencari tempat tenang untuk belajar.

"Heii, tunggu dulu!"

Sukuna menahan pintu kamar. Membuat langkah Megumi terhenti.

Megumi sedikit mendongak. Menatap Sukuna yang berada tepat di belakangnya.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Megumi.

"Aku ingin kamu. Megumi, jadilah pacarku," jawab Sukuna.

Huh? Megumi terhenyak sesaat. Keningnya berkerut tanda sedang berpikir keras. Apa maksud jawaban Sukuna barusan?
Itu sebuah jawaban spontan yang bahkan tak perlu dipikirkan menggunakan otak.

"Kau gila," Megumi menyenggol Sukuna. Meminta agar cowok itu menyingkirkan tangannya yang kekar dari pintu.

"Aku serius. Kenapa kau mengganggap ku bercanda?" tanya Sukuna.

"Kenapa aku harus menjadi pacarmu?" tanya Megumi.

Sukuna tertawa geli. Ia mencengkram dagu Megumi dan menatap matanya lekat. Wajah keduanya berdekatan dan hidung Sukuna menyentuh hidung Megumi.

"Menyingkir dari hadapanku brengsek!" Megumi mendorong tubuh Sukuna. Sebuah usaha yang sia-sia karena Sukuna sama sekali tak bergeming.

"Oh, ayolah. Apakah hanya segitu tenagamu?" tanya Sukuna.

Megumi menatap Sukuna tajam. Tangannya mengepal hendak meninju Sukuna namun urung.

"Kau bertanya kenapa kau harus menjadi pacarku, kan? Oke. Aku akan menjawabnya,"

Srett....

Sukuna menarik pinggang Megumi dan memeluknya. Kepalanya mendekat ke arah leher Megumi. Berbisik di telinganya.

"Karena kau akan membutuhkanku," bisik Sukuna.

Bulu kuduk Megumi meremang seketika. Cowok itu dengan sengaja mengecup leher Megumi.

"Menyingkir, sialan!" Megumi mendorong kasar tubuh Sukuna.

"Yaah, aku akan menyingkir. Silakan pergi," Sukuna mengangkat tangan seolah menyerah.

"Tapi, jangan lupa kembali ke kamar, ya? Aku menyiapkan hadiah istimewa untukmu," kata Sukuna.

Megumi hanya berdecih tak peduli. Ia keluar dari kamar sambil menutup pintu dengan keras. Langkahnya berderap-derap seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Jangan lupa nanti malam!" seru Sukuna.

Megumi memejamkan matanya dan menggeleng. Berusaha mengabaikan teriakan Sukuna barusan.

Memangnya, apa sih yang akan dilakukan cowok cabul itu? Jangan-jangan, dia mau menjebak Megumi.

Tidak, tidak.

Itu tidak boleh terjadi. Mengingat hal yang terjadi kemarin-kemarin, sepertinya Sukuna akan lebih berani menyentuhnya.

"Aku akan menginap di kamar sensei," batin Megumi.
Langkahnya tiba-tiba terhenti.
Ia berpikir sejenak.

Apa yang akan terjadi jika aku tidur di kamar Gojo sensei? Itu tidak mungkin terjadi kan?

Hanya kita berdua di dalam kamar. Oh, atau mungkin satu ranjang. Karena di kamar sensei hanya ada satu ranjang. Ah, oke. Lalu, sensei selalu tidur dengan lampu dimatikan.

Kedua pipi Megumi terasa memanas dan memerah seketika. Ia menggeleng keras sambil memeluk beberapa buku yang dibawanya.

Apa-apaan pikiran cabul itu. Itu tidak akan terjadi. Megumi buru-buru mengusir pikiran kotor itu jauh-jauh.
Ia meneruskan langkahnya menuju perpustakaan sekolah.

-----------------

Long time no see. How are you all??
Lupa kalo pernah nulis ini.

Jgn lupa vote ye :)

Love u




The Trouble maker  || Sukuna X Fushiguro 🔞Where stories live. Discover now