Murid Baru

335 39 16
                                    

"Ketika hatimu menangis, namun matamu tidak"

🥀
~
~
~

🥀~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Seorang gadis berambut panjang sedang bersungut kesal setiap kebagian jadwal piket. Ia mengayunkan sapu sembarang arah, terlihat begitu malas. Sesaat kemudian, senyum lebar terukir indah di bibirnya, melihat laki-laki yang baru saja tiba memasuki kelas.

"Woi! Deva bego! Gantikan gue piket dong, gue malas nih." Gadis itu melempar sapu yang ada di tangannya ke arah laki-laki tersebut.

Anna Chandara, cewek tengil yang ditakuti oleh seluruh murid lemah di SMA Tenggara. Anna itu bermulut kasar dan bertingkat seenak jidatnya. Merundung adalah hobi Anna, bahkan sampai disebut Beautiful devil. Wajahnya saja yang terlihat cantik, tapi hatinya seperti iblis.

"Iya, Anna," jawab Deva patuh. Ia mengambil sapu yang tergeletak di lantai.

Sayangnya, Deva adalah salah satu korban perundungan Anna. Bukan Deva tidak ingin melawan, hanya saja ia tidak memiliki cukup power untuk melawan cucu pemilik sekolah. Mau tidak mau, ia harus pasrah apa yang akan dilakukan cewek itu. Naasnya lagi, Anna duduk di bangku sebelah kanan Deva.

Dengan cekatan Deva membersihkan kelas seorang diri. Ia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Mengganti teman yang piket, bahkan menjadi bahan suruhan lainnya.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit bagi Deva untuk membersihkan kelas , kini kelas sudah terlihat bersih dan rapi. Akhirnya, Deva dapat duduk dengan tenang. Ia mengatur napas yang sedikit tersengal.

Anna menoleh ke arah Deva, cowok itu sedang menyeka peluh yang mengalir di wajah manisnya.

"Kenapa lo gak pernah ngelawan atau menolak sih setiap dibully? Goblok banget." Pertanyaan tersebut sudah lama ingin Anna tanyakan kepada Deva. Namun, rasa penasarannya baru kali ini begitu besar.

"Buat apa?" tanya Deva heran.

Anna memutar bola matanya malas, ini Deva beneran bego atau gimana sih. 'Tololnya udah gak tertolong lagi ini orang,' batin Anna.

"Dih! Goblok! Lo itu ngelawan kek sesekali, diapa-apain diam, diapa-apain malah cuma senyum dan nurut. Aneh banget, lo itu cowok bukan sih?" kesal Anna. Tangan putihnya menggebrak meja geram.

"Gue harus apa, Na? Gue pernah ngelawan, setelah itu gue dihajar sampai babak belur. Bahkan lo sendiri pernah hentakan kepala gue ke dinding kan? Waktu itu gara-gara gue gak mau nurutin kemauan lo. Gue bisa apa? Gue bukan murid yang berpengaruh, gak ada yang bakal peduli sama gue."

Sebenarnya Deva lelah menghadapi semuanya. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Membela diri? Itu sangat percuma dan membuang-buang waktu.

"Lo bisa ngelawan kalau lo mau, lo aja yang lemah." Anna berdecak malas mendengar penuturan Deva.

Don't Give Up Where stories live. Discover now