Galak dan Cegil

198 25 4
                                    

"kehidupan yang semu, pada siapa aku bertumpu?"

🥀
~
~
~

"Lo gak malu tiap hari naik motor matic bareng gue, Na? Kan biasanya lo berangkat sekolah naik mobil mahal," teriak Radeva dari balik helm bogo berwarna putih yang dikenakannya.

"Apa?" Anna berteriak saat mendengar suara Radeva yang kurang jelas.

Radeva memelankan laju motornya agar gadis yang berada di belakangnya dapat mendengar suaranya dengan jelas.

"Lo gak malu tiap hari naik motor bareng gue? Kan bisanya lo naik mobil mahal," ulang Radeva.

Walaupun suara Radeva masih terdengar samar. Namun, Anna masih bisa mendengarnya.

"Nggak lah! Ngapain malu, lo aja gak malu, kan?" Tanpa tersadar, kedua tangan Anna menggenggam jaket Radeva di bagian pinggang. Untung saja Radeva bukan manusia yang penggeli, jadi Deva tidak mempermasalahkannya.

"Gue udah biasa. Udah gak ada rasa malu lagi. Toh gue cuma bisa naik motor matic," jawab Radeva sekenanya.

"Serius? Lo gak bisa naik motor manual?" Ingin rasanya Anna tertawa mengejek Deva.

"Serius," jawab Deva singkat.

Tawa Anna sudah tidak bisa tertahankan lagi, begitu puas ia mengejek Deva. Dirinya yang perempuan saja bisa mengendarai motor dan mobil yang manual maupun matic, Radeva yang notabenenya laki-laki malah tidak bisa. Sungguh, seperti dunia terbalik.

"Puas banget ya ketawanya," sungut Deva.

Anna tawa mulai meredakan, perutnya mulai keram karena terlalu lama tertawa.

"Habisnya jaman sekarang kok masih ada cowok yang gak bisa naik motor manual," ejek Anna dengan tangan kanannya yang menyeka air mata yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.

"Kan gue cuma punya motor ini, wajar dong kalau gue cuma bisa naik motor matic doang," elak Deva tidak mau kalah. Bisa-bisa harga dirinya semakin turun jika diejek Anna terus-menerus.

"Iya juga ya." Anna lebih memilih untuk mengalah saja, kasihan laki-laki yang ada di depannya sedang menahan malu.

Untuk saat ini Anna berhenti menggoda Radeva, tidak tau jika nanti di sekolah. Sekarang menggoda Deva adalah hobi baru Anna, semburat merah di pipi laki-laki itu sangat lucu jika menahan kesal dan malu. Membuat Anna tercandu-candu.

🥀🥀🥀

"Woi galak!" teriak Anna saat baru saja menginjak kakinya ke dalam kelas.

Radeva mengernyit heran, siapa yang dipanggil galak oleh gadis itu. "Siapa galak?" tanya Deva penasaran.

"Itu, temen lo," jawab Anna dengan jari telunjuk yang mengarah pada Kalingga.

Kalingga yang sedang duduk santai menatap keduanya langsung melotot saat mendapat panggilan baru dari gadis bar-bar yang akhirnya ini sering mengikuti kemanapun Kalingga dan Radeva pergi.

"Dasar cegil," sungut Kalingga.

"Apaan cegil?" Anna berdiri tepat di depan Kalingga dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Cewek gila," jawab Kalingga santai.

Radeva tertawa puas melihat wajah Anna yang merah menahan emosi.

Anna terkesima melihat Deva yang sedang tertawa. Deva sangat manis, sepertinya gula dan madu akan kalah dengan senyum dan tawa milik Radeva.

"Nah, Cegil kumat, lihat Deva ketawa aja sampai senyum gak jelas gitu," cemooh Kalingga.

Don't Give Up Where stories live. Discover now