"Lebih baik diam dianggap mati, daripada hidup menyusahkan hati."
🥀
~
~
~Deva bersama Kalingga dan Anna sedang bersantai ria di pinggir danau yang jarang sekali dikunjungi oleh orang lain. Karena kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bermain di tempat wisata buatan dibandingkan wisata alam yang terbentuk secara alami.
"Deva!" seru Anna.
Saat Deva menoleh, dengan cepat Anna mengambil gambar Deva menggunakan ponsel mahalnya. Dapat, Anna mendapatkan foto candid Deva yang begitu manis.
Deva mata membelalak sempurna. "Anna! Gue malu! Pasti fotonya jelek, kan?"
Deva berlari mendekati Anna, sontak hal tersebut membuat gadis itu berlari semakin menjauh karena takut tertangkap Deva. Pada akhirnya mereka berdua asik kejar-kejaran.
Di pinggir danau, Kalingga hanya menatap Deva dan Anna dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya terasa sakit saat melihat keseruan mereka berdua. Kalingga tidak paham dengan apa yang sedang dirasakannya. Mungkinkah Kalingga merasa cemburu? Entahlah, Kalingga juga tidak tahu pasti.
"Lo itu cantik, baik dan lucu, Na," celetuk Kalingga tanpa tersadar.
Deva berhasil menangkap Anna. Dengan usilnya, Deva menggelitik tubuh Anna tanpa ampun. Ternyata gadis itu sangat penggeli.
"Ampun, Va! Ampun!" teriak Anna meminta ampun. Dia paling tidak tahan jika lehernya digelitiki.
Deva mengentikan aksi jahilnya. Tawa Deva semakin menggelegar saat melihay wajah Anna yang merah serta rambut yang acak-acakan. Terlihat seperti singa betina yang sedang mengamuk.
"Udah kejar-kejaran dan mainnya?" tanya Kalingga saat menghampiri mereka berdua.
"Udah," jawab Anna dan Deva serentak. Anna dan Deva merasa sedikit merinding jika mendengar suara Kalingga yang begitu dingin dan mencekam, terdengar seperti ibu-ibu yang akan mengomeli anaknya.
"Kita pulang, udah sore." Kalingga mengajak kedua temannya untuk pulang karena hari sudah semakin sore, bahkan sebentar lagi matahari akan hilang dan tugasnya akan diganti oleh sang rembulan malam.
"Siap komandan," jawab keduanya patuh.
Perintah dan ajakan Kalingga itu tidak bisa mereka tolak. Mereka tidak mau membuat serigala mengamuk.
Kalingga mengantar satu-persatu sahabatnya ke rumah masing-masing menggunakan mobil matic kesayangan ibunya yang akhir-akhir ini selalu Kalingga bawa.
YOU ARE READING
Don't Give Up
Teen Fiction"Nggak ada yang perduli dengan air mata gue, rusaknya mental gue, kacaunya perasaan gue, yang mereka tau hanyalah letak kesalahan gue." "Nggak semua! Gue perduli sama lo!" "Gue banyak lukanya, Anna Chandara." "Gue bantu obatin, Radeva Arnawama." ***...