Pipi Merona

189 27 3
                                    

"Apakah saat ini aku boleh berharap lebih?"

🥀

~
~
~

Suasana hening dan damai sangat identik dengan ruangan yang dipenuhi oleh puluhan ribu buku, atau yang biasa kita sebut perpustakaan.

Perpustakaan SMA Tenggara tidak pernah sepi setiap harinya, selalu saja ada murid yang belajar atau hanya sekedar menghabiskan waktu kosong dengan membaca novel yang tersedia di perpustakaan. Tidak terkecuali ketiga orang yang sedang sibuk mengerjakan tugas. Mereka adalah Radeva, Kalingga dan Anna. Tugas membuat makalah mata pelajaran biologi mengharuskan mereka mencari referensi di perpustakaan.

"Lo yang ngetik, ya, Va. Biar gue sama Anna yang cari materinya," ucap Kalingga yang sedang sibuk memilih buku yang akan ia jadikan referensi.

"Gue lagi malas baca buku, Ga," tolak Anna. Sepintar-pintarnya Anna, ia sangat malas membaca buku disiang hari, bisa membuatnya mengantuk.

"Kalau gak mau baca buku, lo cari materinya di internet aja." Kalingga mengusulkan hal yang lain.

Anna mengangguk menyetujui. "Oke, deh." Gadis itu langsung membuka ponselnya, membuka internet mencari materi yang bersangkutan dengan tema makalah mereka.

Kalingga berkeliling meninggalkan Anna dan Radeva berdua di meja perpustakaan. Kaki jenjangnya menelusuri rak buku yang terdapat buku biologi.

"Va," sahut Anna sedikit berbisik agar tidak menganggu ketenangan murid lain.

Radeva menoleh, "ada apa, Na? Udah dapat materinya?" tanya Deva.

Anna menggeleng pelan.

"Belum sih," kata Anna dengan tawa yang pelan.

"Gue bantuin cari juga, ya," kata Deva dengan tangan yang merogoh kantong celana mencari keberadaan ponselnya.

Deva terlihat serius menggulir layar ponselnya.

"Va," panggil Anna lagi.

"Hm?" tanya Deva dengan mata yang masih menatap layar ponsel.

"Gue mau ngomong serius. Sini gue bisikin." Anna menggerakkan tangan memberi kode agar Deva mendekatkan telinga ke mulutnya.

Deva mengikuti perintah Anna, dia sedikit menggeser tubuhnya mendekati Anna. Setelah itu ia menyodorkan telinganya sesuai arahan gadis itu.

"Gue suka sama lo," bisik Anna.

Sontak Deva sedikit menjauh dari Anna. Matanya kini melotot lebar saat mendapatkan pengakuan dari gadis yang akhir-akhir ini selalu bersamanya.

"Jangan bercanda," kata Deva dengan rasa panas di pipi hingga menimbulkan semburat merah seperti tomat.

Anna menahan tawanya saat melihat Deva yang salah tingkah. Jika tidak sedang berada di perpustakaan, sudah Anna pastikan tawanya akan lepas hingga terbahak-bahak.

"Berchandyaaaa... Berchandyaaaa," ejek Anna.

"Pipi lo kenapa merah gini, Va?" Anna mencolek pipi Deva sedikit gemas.

Di sudut perpustakaan lain, terdapat seorang laki-laki lain sedang mengepal kuat tangannya saat melihat interaksi Radeva dan Anna. "Seharusnya gue yang dekat sama Anna, Va. Bukan pecundang kayak lo," kata laki-laki itu dengan amarah yang tertahankan.

🥀🥀🥀

Sepulang sekolah Radeva mendapatkan rumahnya yang sangat sepi seperti tidak berpenghuni. Kemana ayah dan bundanya? Apakah sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal lagi?

Don't Give Up Место, где живут истории. Откройте их для себя