Mereka Berubah?

296 28 13
                                    

Yuhuuuuu DGU updated lagi💕

Apa masih ada yang nungguin?

"Terkadang ada banyak hal yang harus direlakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Terkadang ada banyak hal yang harus direlakan."

~
~
~

🥀

Salah satu jendela kamar yang berada di lantai dua terbuka lebar, mempersilakan angin malam masuk memberi sensasi dingin yang menyapa pori-pori kulit sang pemilik kamar. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Namun, sang pemilik kamar enggan beranjak dari duduknya yang berada tepat di dekat jendela.

Helaan napas kasar dan berat berkali-kali dikeluarkan secara paksa. Mata yang biasanya terlihat penuh kebahagiaan, kini semakin layu dan meredup.

"Gue capek," gumam sang pemilik kamar begitu lirih. Dia adalah Deva, laki-laki yang selalu menampilkan kebahagiaan yang palsu.

"Ibu...maafin Deva," lanjutnya terdengar memilukan.

Malam ini isi pikiran Deva banyak berandai-andai. Andai dirinya tidak hadir di dunia ini, maka semuanya tidak akan menjadi seperti ini. Deva tahu posisi bundanya sangat menyakitkan, orang yang dicintai menikahi saudara kembarnya dan harus mengurus anak dari hasil pernikahan tersebut. Posisi ayahnya juga tidak kalah menyakitkan, mungkin rasa bersalah pada bundanya sampai saat ini belum sepenuhnya hilang.

"Seharusnya Ibu ajak Deva pergi ke rumah Tuhan juga. Biar Ayah sama Bunda nggak perlu capek-capek ngurusin Deva."

Punggung tangan Deva mengusap kasar air mata yang sudah membasahi kedua pipinya, saat mendengar suara ketukan tepat di pintu kamarnya. Siapa malam-malam seperti ini mengunjunginya?

"Siapa?" tanya Deva belum beranjak dari duduknya. Ia ingin memastikan yang mengetuk pintu kamarnya itu manusia apa bukan. Maklum, dirinya sangat penakut.

"Gue," sahut orang yang ada di luar.

Akhirnya Deva bisa bernapas lega. Ternyata yang mengetuk pintu kamarnya itu Raka, bukan hantu atau ayahnya yang mirip seperti hantu-kelakuaannya.

"Masuklah," titah Deva mempersilakan Raka untuk masuk. Mungkin adiknya itu sedang ada perlu, seperti meminjam sesuatu.

Pintu kamar perlahan terbuka menampilkan sosok Raka dengan baju piyama panjang berwarna hitam. Raka melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Deva.

"Lo ada pulpen lebih nggak? Pulpen gue habis, tadi nggak sempat beli," tanya Raka begitu santai. Walaupun bisa dikatakan tidak terlalu akur dengan Deva, tetapi ia tidak pernah merasa segan untuk meminjam sesuatu.

Don't Give Up Where stories live. Discover now