Tidak Bisa Dibanggakan

200 27 0
                                    

"Pandanglah aku sebagai anakmu juga, ayah."

🥀

~
~
~

Sesuai janji mereka waktu ini pada Radeva

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai janji mereka waktu ini pada Radeva. Kini Bella dan Bagas sedang di dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari gerbang sekolah Radeva, mereka berdua sedang menunggu keponakannya itu pulang sekolah.

"Mas, aku senang banget, deh," ucap Bella memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Aku juga gak senang." Bagas mengusap lembut rambut istrinya penuh kasih sayang.

"Pasti Deva bakalan senang juga. Soalnya kemarin dia kelihatan excited loh, waktu aku ajak buat jemput adik barunya," kata Bella dengan senyum yang lebar saat membayangkan wajah Deva yang begitu bersemangat.

"Deva benar-benar anak yang baik. Ah, seandainya dia mau tinggal sama kita, pasti akan lebih seru."

Sebenarnya Bagas sedikit menyadari jika perlakuan Hirawan pada kedua putranya sedikit berbeda, tidak terlalu mencolok sih. Namun, Bagas masih bisa menyadarinya. Hanya saja satu fakta yang tidak diketahui oleh Bagas, ia tidak mengetahui jika abang kandungnya itu sering main tangan pada putra sulungnya.

"Iya, Mas. Padahal aku sayang banget sama Deva, kayak beda aja gitu rasa sayangku antara Deva sama Raka." Bella menyayangi Raka, hanya saja rasa sayangnya terhadap Deva itu jauh lebih besar, terlebih lagi karena Deva itu anak yang terlahir spesial.

"Pasti setelah dia memiliki adik baru dan kita pindah rumah. Pasti Deva bakalan sering main ke rumah kita," kata Bagas sedikit menebak.

Kaca pintu mobil seperti ada yang mengetuk dari luar, sepasang suami istri itu kompak menoleh kesumber suara. Senyum mereka berdua mengembang lebar, anak yang mereka tunggu-tunggu kini sudah berdiri di sisi kanan mobil.

"Hai anak manis Mama," sapa Bella setelah kaca mobil diturunkan.

"Hai, Ma, Pa. Sudah lama nunggunya?" Saat pintu belakang mobil sudah bisa dibuka, Deva segera masuk ke dalam mobil.

"Belum terlalu kok," jawab Bella menatap Deva gemas.

"Kamu sudah makan siang?" Bella kembali membuka suara.

"Belum, Ma," jawab Deva jujur.

Bella mengambil sesuatu dari dalam tas besarnya, sebuah tempat bekal berwarna hijau muda lengkap dengan botol minum yang berwarna senada.

"Ini makan dulu. Mama sengaja siapkan makan siang buat kamu, soalnya jarak panti asuhan yang akan kita datangi lumayan jauh."

Bella menyodorkan tempat bekal beserta botol minum tersebut kepada Deva. Sebenarnya bukan meraka tidak bisa mengajak Deva makan di restoran atau tempat makan lainnya, hanya saja Deva tidak bisa makan sembarangan di luar.

Don't Give Up Where stories live. Discover now