Pinggir Danau

218 28 6
                                    

"Sekuat apapun kita, kita hanyalah manusia biasa. Butuh dikuatkan, butuh ditemani dan butuh manusia lain untuk saling bersandar."

🥀

~
~
~

Anna berjalan menghampiri ayahnya yang sedang bersantai di pinggir kolam ikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna berjalan menghampiri ayahnya yang sedang bersantai di pinggir kolam ikan. Lelaki paruh baya itu terlihat sedang memberi makan ikan-ikan peliharaannya.

"Papa," sapa Anna sedikit mengejutkan sang ayah.

Lelaki paruh baya yang memiliki nama Agung Chandara sedikit kaget melihat keberadaan putri semata wayangnya. "Ada apa? Minta uang lagi?" tanya Agung.

Anna menggeleng kepala, tidak membenarkan ucapan ayahnya. "Nggak, Anna mau izin main ke danau, boleh?"

"Tumben izin. Eh! Tunggu, ke danau? Tumben, biasanya kalau gak ke mall ya ke restoran atau cafe." Agung menatap Anna tidak percaya.

"Iya, nih. Mencoba hemat, takut uang Papa habis," ejek Anna.

"Sembarangan! Kamu minta berapapun langsung Papa transfer sekarang. Jangan sepele sama duda kaya raya ini," ucap Agung menyombongkan diri pada sang anak.

"Ck! Sombong amat!" sindir Anna.

"Ya udah cepat! Minta berapa?" Agung menantang anaknya.

"300 ribu aja. Tapi cash, jangan ditransfer, malas ngambilnya."

Mata Agung melotot sempurna. Apa? 300 ribu? Anak perempuannya ini tidak sedang kesurupan, kan? Biasanya paling sedikit minta dua juta.

"Kamu ini kesurupan hantu baik hati, ya?" Agung tidak percaya jika Anna berubah secepat itu.

"Enak aja! Buruan deh, Pa. Mana uangnya? Atau jangan-jangan Papa beneran udah bangkrut, ya?" Anna menjulurkan kedua telapak tangannya pada Agung.

"Sembarangan!" Agung mengeluarkan dompetnya mengambil tiga lembar uang berwarna merah dan menyerahkannya pada Anna.

"Terima kasih Papa ganteng!" teriak Anna sambil berlari setelah merampas uang tersebut.

Agung mengusap lembut dadanya tidak lupa kepalanya ikut menggeleng. "Punya anak cuma satu, tapi kelakuannya gitu amat."

Setelah mendapat pesan dari Deva yang sudah sampai di gerbang rumahnya. Anna menyambar tas dan jaketnya sebelum ke luar rumah.

"Deva!" Anna berlari sambil meneriaki Deva yang duduk di atas motor kesayangannya.

Deva tersenyum menyambut kedatangan Anna. "Jangan lari-lari, nanti jatuh!" tegur Deva.

Penampilan Deva saat ini begitu manis dengan kemeja berwarna hitam tidak dikancingkan sehingga memperlihatkan kaos putih di dalamnya.

Don't Give Up Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang