Sebenarnya Aku Siapa?

307 38 9
                                    

"Tidak semua senyum itu bahagia, bisa jadi untuk menutupi sebuah luka."

🥀
~
~
~

Di halaman belakang rumah milik Bagas, terdengar teriakan heboh dari Janu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di halaman belakang rumah milik Bagas, terdengar teriakan heboh dari Janu. Di sore hari yang sangat cerah, anak laki-laki itu memaksa Deva dan Raka untuk ikut piknik kecil-kecilaon, karena dia merasa bosan kalau hanya bermain sendirian.

Makanan dan minuman sudah tertata rapi di atas tikar yang di gelar di atas rerumputan. Janu mempersiapkannya sendirian. Jadi, Deva dan Raka sudah terima beres.

Janu menuangkan es jeruk ke dalam tiga gelas berukuran sedang. "Ini untuk Bang Deva, ini untuk Bang raka, dan ini—" Janu meletakkan gelas tersebut satu-persatu di hadapan kedua abangnya.

"Untuk Janu," lanjutnya.

"Terima kasih, Janu," ucap kedua abangnya secara bersamaan.

"Sama-sama, Abang," sahut Janu setelah menyeruput es jeruknya.

Janu akrab dengan keduanya, walaupun Deva dan Raka memiliki sifat yang berbanding terbalik. Deva seru, tapi tidak pandai bermain game. Jadi, saat Janu sedang ingin bermain game, dia lebih sering mengajak Raka. Dirinya sangat pandai bermain game, hal tersebutlah yang membuat Raka tidak pernah menolak ajakannya.

"Bang Raka lagi main apa?" tanya Janu. Remahan biskuit tersembur keluar dari mulutnya, karena Janu tidak mengunyah dengan baik.

"Janu! Makannya yang bener," tegur Deva.

Janu meringis menahan malu saat menyadari cara makannya yang terlihat jorok. "Maaf, Bang," ucap Janu merasa bersalah.

Tubuh anak laki-lakinya berusia sepuluh tahun itu sedikit bergeser mendekati Raka. Mata indah dengan bulu mata lentik itu mengintip ke arah ponsel milik Raka. Senyumannya melebar sempurna saat melihat Raka memainkan game favoritnya.

"Abang, Janu mau ikutan main," pinta Janu.

Raka melirik Janu sekilas. "Iya, sebentar. Abang selesaikan ini dulu," jawab Raka.

Janu semakin menempel pada Raka. Maklum, keduanya sangat menyukai game online, berbeda dengan Deva yang tidak begitu paham bermain seperti itu.

Deva bangkit dari duduknya. Dia berniat untuk pulang ke rumah, karena Deva tidak ingin menanggung kedekatan di antara Janu dan Raka.

"Loh! Bang Deva mau kemana?" tanya Janu saat menyadari Deva akan pergi.

"Abang mau pulang, Nu. Mau mandi, soalnya tadi belum sempat mandi," jawab Deva. Dia tidak berbohong, tadi dia tidak sempat mandi karena Janu terburu-buru mengajaknya piknik.

Don't Give Up Where stories live. Discover now