Bab 25 : Jalani saja (1)

3.1K 420 2
                                    

"Hei Aurel, apa kamu pikir Leon akan baik-baik saja? "

"Ya kak, apa kak Aurel tidak khawatir pada Leon? "

Nathan dan Angga mencemaskan Leon, pasalnya ini sudah tiga jam sejak Leon bilang ia ingin menghampiri Noah yang sedang berada di arena latihan.

"Uh... Daripada kalian mencemaskan hal yang tidak penting, lebih baik sini dan bantu aku untuk menyiapkan makan malam"

Aurel pusing mendengarkan ocehan Nathan dan Angga. Lagipula Noah tidak segila itu sehingga dia akan melukai Leon.

"Cepat kesini dan bantu aku memasak! "

"Huuu... Yaaa "

Nathan dan Angga mengehela nafas kasar.

"Hihihi kalian tidak perlu khawatir! Bella disini bisa menyembuhkan Noah atau Leon jika terjadi sesuatu pada mereka hihihi.."

"Ya benar.. Kalian berdua tidak perlu khawatir. Aku tidak merasakan aura sihir apapun dari tadi di arena latihan"

Bella dan Theo ikut berbicara menenangkan suasana.

Srsh... Srsh..

Dion yang sedang menyapu ruang makan hanya mendengarkan rekan rekannya berbincang. Ia terlalu malu untuk ikut berbicara.

. .

"Terimakasih"

Noah mengucapkan terimakasih sembari menatap ribuan bintang dilangit.

"Eh.. Untuk apa? Bukankah aku yang seharusnya berterimakasih karena kakak sudah menceritakan cerpen itu"

"Pft.. Ya.. Yaa terserahlah"

Mereka berdua memandangi Langit malam yang begitu indah.

"Um.. Kakak terlihat nyaman sekali melihat bintang-bintang itu"

Noah tersenyum setelah mendengar perkataan Leon.

"Dulu ada yang mengatakan padaku bahwa bintang - bintang dilangit adalah perwujudan seseorang yang telah meninggal"

"Ehh begitu ya"

Noah sebenarnya selalu menebak dimanakah bintang milik adiknya. Jika bintang adalah perwujudan orang yang telah mati bukankah adiknya juga ada diatas sana?.

Noah selalu berfikiran seperti itu dan akhirnya kegiatan menatap bintang saat malam hari sudah menjadi kebiasaannya. Dia selalu menghitung dan mengamati setiap bintang yang ada dilangit, terkadang kegiatan ini membuat hatinya menjadi damai dan tenang.

Kruuk~

Perut Leon berbunyi.

"Pft.. Hahahah"

Noah tertawa setelah mendengar auman perut Leon.

"Huh! Tidak usah mengejekku, lebih baik ayo kita segera masuk dan makan malam"

"Ya.. "

. .

Tap.. Tap.. Tap..

"Heh.. Kenapa pas sekali kalian berdua datang saat aku sudah menyiapkan makan malam hmmm? "

Aurel mengarahkan Spatulanya kearah Leon dan Noah.

"Hehe"

Leon tertawa sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Aurel sekilas menatap Noah, dia lega setelah melihat wajah Noah yang kembali seperti semula dan tidak seperti orang yang frustasi.

"Duduklah kalian berdua, aku akan segera menyiapkan makanannya"

Aurel pergi dari meja makan menuju ke dapur untuk mengambil makanan yang telah ia siapkan.

Sret..

"Sst sst, hei Leon. Kau tidak Diapa-apakan oleh Kak Noah kan? "

Angga berbisik kepada Leon setelah Leon duduk di kursi sebelahnya.

Ekhem..

Suara batuk Noah menyadarkan Angga bahwa suaranya dapat didengar oleh Noah.

Fu fu fu~

Angga bersiul tidak bersalah setelah melihat lirikan tajam Noah.

Tap..

Aurel dan Dion menyajikan hidangan makan malam untuk rekan rekannya.

"Wahh seperti biasa.. Terlihat enak sekali"

Nathan mengucapkan hal tersebut tepat disamping Aurel.

"Hmph.. Sudah jelas!  Siapa dulu yang masak"

"Uw.. Kalau begitu Terimakasih ya bi.. "

"Apa kau bilang! "

Tuk.

Aurel memukul jidat Nathan dengan sendoknya.

"Ah.. Sakit"

"Hei sudahlah dan ayo segera makan"

Theo yang sudah lapar akhirnya berbicara.

Leon tersenyum menatap rekan rekannya yang sedang makan dan bergurau. Dia berharap kehidupannya mulai sekarang akan damai dan tentram seperti ini.

Ah.. Mulai dari sekarang aku benar-benar tidak tahu kelanjutan dari alur novel [Endless Battle] ini. Kejadian seminggu yang lalu adalah akhir dari musim pertama, itupun plotnya banyak yang sudah berubah.

Leon bergumam dalam hatinya, akankah ia baik baik saja nantinya.

"Sst.. Kau benar baik-baik saja kan Leon?"

Angga berbisik kepada Leon setelah melihat raut wajah Leon yang sedikit masam.

"Oh? Ah.. Ya.. Tidak perlu khawatir. Aku baik baik saja"

"Kalau begitu makanlah yang banyak Leon !"

Angga menambahkan sayuran dan ikan ke piring Leon.

Leon tersenyum melihat tindakan Angga.

Haha.. Benar, siapa peduli tentang alur Novel ini. Aku akan hidup dan menjadi lebih kuat untuk melindungi apa yang kumiliki sekarang.

Leo membulatkan tekadnya. Dikehidupan sebelumnya ia tidak benar-benar memliki teman seperti ini. makan bersama, bertarung bersama, tertawa bersama, itu adalah hal yang mustahil Leo miliki dikehidupannya dulu.

The Cursed Son From Duke FamilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora