Bab 27 : Kemana perginya? (1)

2.8K 326 2
                                    

"Haaa.. "

Tap Tap Tap

"Haaaaaa..... "

"Hei bisakah kau berhenti menghela nafasmu? "

Disepanjang perjalanan yang Angga lakukan hanyalah menghela nafasnya, itu membuat Noah sedikit kesal.

Puk

Leon menepuk bahu Angga.

"Apa ada yang membuatmu terganggu? "

"Leoon~ kau memang paling mengerti tentangku "

Ekspresi Angga saat mengucapkan kata-kata tersebut membuat Noah sedikit jijik dan mengerutkan keningnya.

"Hm? Jadi apa yang membuatmu kesal"

Giliran Aurel bertanya.

"Apakah kalian tidak berfikir bahwa misi ini sedikit ambigu? Petunjuknya pun hanya mengatakan bahwa pencurinya melarikan diri ke Arah barat daya. Kita sudah menelusuri hutan ini seharian dan tidak menemukan petunjuk sedikitpun"

"Ha... "

Kini giliran Noah menghela nafasnya.

"Para petinggi akademi memang selalu bersikap seperti ini pada pasukan kita. Mereka memberikan misi yang tidak terlalu jelas dan sepele. Bersyukurlah misi pertamamu tidak seperti misi pertamaku dan Aurel dulu"

"Eh.. Memangnya misi pertama kalian berdua apa? "

Pft..

Aurel menahan tawanya.

"Sangat memalukan jika diingat. Misi pertama kami adalah menangkap kucing  yang hilang"

"Hei hei Noah.. Mengapa menangkap kucing menjadi hal yang memalukan?. Pft.. Oh iya aku ingat, kau saat itu tercebur kedalam parit karena kucing itu. Hahahah"

Aurel tertawa puas setelah menceritakan misi pertama mereka berdua.

"Kak Noah tercebur karena kucing? Pftt.. Hahaha"

Plak

Angga tetap tertawa meskipun telah di pukul oleh Noah.

"Beraninya kamu"

"Hei sudahlah... Lihat, Kita semakin dekat dengan sebuah desa"

Mereka berempat sudah berusaha mencari jejak pencuri artefak  di dalam hutan namun nihil, mereka tidak menemukan apapun karena malam sebelumnya terjadi hujan yang sangat lebat.

"Sialan, jejak mereka mungkin sudah hilang karena derasnya hujan semalam"

Aurel sebagai pelacak di tim ini tidak merasakan adanya jejak sihir yang mencurigakan didalam hutan.

"Eh.. Ternyata ada sebuah desa di barat daya kerajaan ini, uh.. Dilihat lihat desa ini sedikit.. Sepi? "

Leon setuju dengan apa yang dikatakan Angga.

"Aku rasa desa ini masih termasuk wilayah dari Count Marko, nama desa ini jika aku tidak salah ingat adalah Desa Aran"

Aurel menjelaskan kepada rekan rekannya mengenai desa yang mereka singgahi.

"Bagaimana jika kita mencari sebuah penginapan disini saja kak? Hari juga sudah semakin gelap. Kita bisa melanjutkan pencariannya besok"

"Ya.. Aku setuju"

Aurel dan Noah menyetujui pendapat Leon. Mereka berencana untuk menginap di desa ini hingga misi mereka selesai.

"Ah.. Sepertinya didepan sana adalah sebuah penginapan"

Aurel menunjuk sebuah papan yang bertuliskan Penginapan Dua Putra di atas pintu masuk bangunan tersebut.

"Ayo cepat masuk kak! Aku sudah tidak kuat menahan lapar"

Angga masuk mendahului mereka bertiga.

Kling

Lonceng berbunyi saat Angga membuka pintu.

"Oh... Selamat datang anak muda, ada yang bisa nenek bantu? "

Wanita paruh baya menyambut mereka berempat, wanita tersebut sepertinya adalah pengelola penginapan ini.

"Nenek, kami pesan empat kamar untuk kami tempati beberapa hari kedepan. Apakah masih ada kamar yang tersisa nek? "

Aurel dengan sopan bertanya kepada wanita paruh baya tersebut.

Leon melihat sekeliling Penginapan.

Hm.. Bangunan ini terbuat dari kayu, meskipun terlihat tua dari luar tetapi didalamnya ternyata sangat bersih.

"Ah.. Tentu saja ada nona, Penginapan ini sudah lama tidak kedatangan tamu. Mungkin karena desa ini sangat terpencil dan tidak terlalu dipandang oleh Kerajaan"

"Mungkin hanya warga desa sinilah yang sering berkunjung di penginapan ini, bukan untuk menginap tapi untuk sekedar makan atau minum bir"

Selain untuk menginap, lantai satu penginapan ini tersedia beberapa meja makan untuk para tamunya.

"Wah... Pas sekali kalau begitu. Nenek kami ingin makan malam sebelum menuju ke kamar kami, apakah bisa disiapkan? "

Angga bertanya apakah dia dan rekannya bisa makan malam di penginapan ini tanpa harus keluar mencari kedai makanan lain.

"Tentu... Silahkan duduk dulu. Nenek akan segera siapkan"

Kriet..

Dencitan kursi berbunyi setelah empat orang remaja mendudukinya.

"Apakah penginapan ini tidak punya pegawai lain? Terlihat sunyi sekali disini"

Tuk tuk tuk

Aurel mengetuk jarinya pada meja makan.

Tidak perlu menunggu lama, wanita paruh baya tersebut membawa kereta dorong yang berisi berbagai macam makanan.

"Wah.. Terlihat lezat sekali nek!"

Air liur Angga nyaris menetes setelah melihat makanan yang dibawakan oleh wanita tua tersebut.

"Hahaha.. Ya.. Bagaimanapun ini sudah menjadi pekerjaan nenek sejak dulu"

"Bicara tentang pekerjaan, apakah nenek tidak mempunyai pegawai untuk membantu nenek? "

Wajah wanita tua tersebut sedikit muram setelah mendengar pertanyaan Angga.

"Ah.. Maaf jika saya mengatakan hal yang tidak seharus-"

"Tidak apa apa"

Wanita tua tersebut tersenyum kepada Angga.

"Mungkin aku akan sedikit bercerita kepada kalian tentang kejadian yang menimpa desa ini beberapa bulan terakhir"

Wanita tua tersebut berbicara dengan wajah yang tabah.

The Cursed Son From Duke FamilyWhere stories live. Discover now