LOVEBIRD 22: Papa

1K 162 12
                                    

                Setelah beberapa saat memilah-milih beberapa buku yang ia perlukan, Baskara menuju sebuah mesin yang mendeteksi berbagai buku yang ia bawa keluar dari area perpustakaan tersebut. Begitu selesai, Baskara pun segera keluar dari salah satu perpustakaan besar kampusnya itu. Pria itu lantas terus berjalan hingga tiba di tempat sepedanya terparkir. Dengan semua buku yang sudah ia masukkan ke dalam tas punggungnya, Baskara pun mengayuh sepeda itu meninggalkan tempat yang telah ia kunjungi.

Angin lembut musim semi telah kembali berhembus. Jalan yang pada musim dingin bernuansa putih itu, kini telah nampak lebih berwarna. Kelopak-kelopak bunga yang telah memekar perlahan berjatuhan menghiasi sepanjang jalan salah satu jalan raya kota Tokyo.

Dengan sepasang earphone yang melekat di lubang telinganya, Baskara amat menikmati perjalanan pulangnya menuju mess tempat ia tinggal selama satu bulan terakhir. Mess itu merupakan fasilitas dari perusahaan yang telah memberikannya beasiswa di sana. Selain Baskara, mess itu juga dihuni oleh beberapa mahasiswa lainnya antar berbagai negara.

Baskara memang telah kembali aktif dengan perkuliahannya setelah satu bulan yang lalu ia pulang ke Jakarta demi acara pernikahan Roy dan Aurora. Beberapa hari setelah acara tersebut, Baskara harus langsung kembali ke Tokyo demi memenuhi kewajibannya, mengejar mimpi dan cita-citanya.

"Bas, we just got the newest machine. You want to try it?" Di lantai utama mess tersebut terdapat tiga orang temannya yang merupakan bagian dari penghuni mess tersebut. Mereka terlihat mengotak-atik sebuah benda dan mengajak Baskara untuk bergabung dengan mereka saat Baskara baru saja masuk dengan terburu-buru.

"Oh, really?"

"Ya, Bas. Perusahaan baru saja mengirimkannya untuk kita." Jawab pria seumurannya yang berasal dari Indonesia.

"I will definitely try it later. But sorry guys, for now I have to make sure my nephew." Sahut Baskara dan langsung melesat pergi menaiki tangga menuju kamar pribadinya meninggalkan ketiga temannya yang menatapnya dengan bingung.

"Nephew?"

"Hei, apakah kakakmu akan segera melahirkan?!" Seru pria Indonesia itu membuat kedua rekannya yang bukan berasal dari Indonesia terlihat tak mengerti.

"What are you saying?"

"Nothing." Pria itu hanya mampu menyengir.

Sesampainya di kamar, Baskara melepas sepatu serta jaketnya. Ia membuka tas dan mengambil sebuah tablet dari sana. Ia melihat lagi jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16.30 sore yang berarti di Jakarta telah menunjukkan pukul 14.30. Pasti acara puncaknya sudah berlalu menurut Baskara. Namun ia tetap tidak ingin ketinggalan.

"Hai, Bas!" Penampakan seorang wanita cantik muncul pada layar tablet milik Baskara. Wanita itu pun langsung menyapanya dengan senyuman yang mengembang.

"Hai, Kak!" balas Baskara, tak kalah sumringah.

"Hai, Bas!" Aldebaran bergabung pada layar tablet tersebut, menggandeng bahu sang istri.

"Hai, Kak Al. Acaranya sudah mau selesai, ya?"

Pada sambungan video call tersebut Baskara melihat di belakang kedua kakaknya itu masih banyak orang yang berlalu lalang untuk menikmati makanan yang disediakan di acara empat bulanan sekaligus gender reveal atas kehamilan kakaknya tersebut. Sejak jauh-jauh hari Baskara sudah sangat antusias dan penasaran dengan calon keponakan pertamanya itu, meskipun ia tidak bisa berhadir langsung di sana.

"Acaranya puncaknya sudah, Bas. Ini kita tinggal makan-makan aja." Jawab Andin.

"Yah, nggak sempat menonton gender reveal secara live dong aku. Terus, terus... calon ponakanku jadinya apa? Cewek atau cowok?" Baskara tampak tidak sabar mendengarnya.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now