LOVEBIRD 45: Hilang

439 80 31
                                    

Mata Andin tiba-tiba terbuka. Wanita itu tampak shok setelah mendapati mimpi buruk yang menghampiri tidurnya yang baru beberapa saat. Andin tak sengaja tertidur pada sofa kecil di dekat boks tempat tidur putranya. Ia terbangun setelah mendengar pekikan tangis dari Elzio.

"Ssstt! Sayang..." Andin langsung mengambil Elzio yang entah sejak kapan terbangun dan menangis tanpa sebab padahal sebelumnya bayi itu sudah lama terlelap dengan tenang dan nyaman.

Andin mencoba memberikan ASI-nya, namun Elzio menolak tak seperti biasa sambil terus menangis kencang. Hal itu membuat Andin menjadi panik. Pun kepalanya masih terasa sedikit pusing karena bangun secara tiba-tiba.

"Andin, El kenapa?" Pintu kamar itu terbuka menampilkan sang mama yang datang.

"Mama..." Lirih Andin. Susan langsung mengambil alih bayi laki-laki tersebut ke dalam gendongannya.

"Kok mama ada di sini?" Tanya Andin, di tengah kepanikannya.

"Mama baru selesai dari lokasi syuting. Tadi sore Al ngabarin mama kalau dia mau ke Bandung, terus dia minta mama nemenin kalian di rumah." Jawab Susan membuat Andin mengerti.

"Usstt sstt, cucu oma sayang." Susan menimang-nimang bokong bayi tersebut, mencoba menenangkan. Dan benar, tangis Elzio perlahan mereda.

"El kenapa?" Taya Susan, lagi.

"Aku nggak tahu, Ma. Tadi aku nggak sengaja ketiduran, lalu tiba-tiba kebangun karena El nangis." Jawab Andin.

"Tapi kamu jangan panik dong. El akan merasa tidak nyaman kalau mamanya malah panik." Nasihat Susan saat melihat wajah putrinya yang sedikit gelisah.

"Iya, Ma, maaf. Tadi pas ketiduran aku sempat mimpi buruk, terus kaget mendengar teriakan El yang nangis. Makanya jadi agak panik dan sedikit pusing." Adu Andin pada sang mama. Susan pun nampak memaklumi.

"Yaudah, kamu ambil minum dulu gih, tenangkan diri kamu. El biar sama mama. Lagian sudah bobo anteng juga anaknya." Ujar Susan.

"Makasih, Ma." Ucap Andin, mengambil ponselnya yang tergeletakdi sofa untuk mengecek kabar dari sang suami sambil berjalan keluar kamar untuk mengambil air putih.

Sudah pukul 12 malam lewat, tetapi Andin tidak juga mendapatkan kabar dari sang suami. Apa mungkin mereka belum sampai di tujuan? Tapi bukankah di waktu larut malam kepadatan kendaraan akan semakin berkurang? Sehingga kalaupun mereka menemui macet, pasti tidak akan terlalu lama.

Sesampainya di dapur, Andin menuangkan sedikit air putih pada gelasnya, kemudian meneguknya perlahan. Sedangkan pandangannya sibuk melihat pada layar ponselnya. Ia akhirnya mencoba untuk menghubungi Aldebaran lebih dulu. Mungkin suaminya kelelahan di perjalanan sehingga lupa mengabarinya.

//Tuutt tuutt...//

Andin mengerutkan keningnya sat mendapati panggilannya tidak diangkat sama sekali. Tumben sekali. Andin kembali menelepon, namun masih sama, tidak ada respon apapun. Saat ketiga kalinya ia mencoba dan masih tak mendapat respon yang diinginkan, wajahnya mulai terlihat gelisah. Sesibuk dan selelah apapun Aldebaran, pria itu tidak pernah tak memberi kabar. Setidaknya, Aldebaran pasti mengirimkan pesan terlebih dahulu.

Andin menghela napasnya dengan gusar. Sambil mengelus dadanya yang merasakan kecemasan, Andin pun mencoba menghubungi nomor kontak asisten pribadi suaminya, Tommy. Kekhawatirannya kian tergambar jelas saat Tommy pun tidak memberikan sambutan akan panggilannya.

//Drrrtt! Drrtt!//

Baru saja Andin akan menghubungi Hakim, ponselnya lebih dulu bergetar. Nama Hakim yang tertera di sana membuat perasaan Andin semakin tidak karuan. Di saat Aldebaran dan Tommy tidak mengangkat panggilannya, Hakim dengan kebetulannya justru menghubunginya. Tidak, tidak. Andin menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir segala prasangka buruk.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now