LOVEBIRD 37: Masing-masing

513 104 19
                                    

Sambil melangkah masuk, Roy memperhatikan pemandangan di dalam apartemen mewah kakaknya itu. Tak banyak yang berbeda sejak terakhir ia datang, meskipun ia tidak ingat kapan terakhir kali ia berkunjung ke tempat itu karena memang sangat jarang sekali. Langkahnya melambat saat melihat penampakan bingkai foto keluarga mereka yang terpajang pada dinding di ruang tengah tersebut. Roy menatapnya nanar.

Andin dan Aurora yang berjalan di belakang Roy ikut memandang bingkai foto itu. Kedua wanita itu pun saling menatap satu sama lain, mengerti akan perasaan Roy saat ini.

"Siapa, Ndin?"

Aldebaran baru saja turun dari tangga dan menyadari siapa tamu yang datang ke apartemennya. Ketiga orang yang sudah ada di bawah itu lantas melihat pada Aldebaran yang tampaknya merasa agak kaget dengan kehadiran Roy.

"Roy..." Gumam Aldebaran, terdiam. Roy menatap kakaknya itu. Sementara Andin dan Aurora tak tahu harus bersikap bagaimana.

"Hai, Al." Balas Roy dengan tersenyum, getir. Aldebaran menyadari bahwa ada yang berubah pada keadaan mereka saat ini. Namun Aldebaran tetap menegakkan kepalanya, melangkah menghampiri adik satu-satunya yang kini ia punya.

Aldebaran melirik Andin yang menatapnya. Wanita itu tersenyum simpul dengan menganggukkan kepalanya, seolah sedang mengisyaratkan restu pada Aldebaran untuk mulai membuka penjelasan kepada Roy. Hal itu sedikit memberikan keyakinan pada diri Aldebaran.

"Kayaknya aku harus buatkan kalian minum deh." Kata Andin pada Aurora yang berdiri di dekatnya.

"Aku ikut." Kata Aurora, cepat.

"Yuk."

Aldebaran telah berdiri tepat berhadap-hadapan dengan Roy. Di ruang tengah apartemen itu kini hanya tersisa mereka berdua setelah sebelumnya Andin dan Aurora melipir masuk ke dalam. Tatapan keduanya bertemu. Ada binar marah dan kekecewaan pada mata Roy, sedangkan Aldebaran tampak mengerti dengan arti yang disampaikan oleh tatapan dalam Roy padanya itu.

"Ada yang mau loe bicarakan?" Tanya Aldebaran. Roy tak menjawab untuk beberapa saat. Ia masih saja hanya menatap Aldebaran dengan lekat. Aldebaran menghela napasnya saat tak mendapat respon dari Roy.

"Maafin gue buat kekacauan yang terjadi tadi malam." Ucap Aldebaran mengingat simpul dari dinginnya hubungan mereka kini adalah karena emosinya yang terlanjur pecah.

"Itu aja?" Roy buka suara. Aldebaran mengernyitkan dahinya.

"Apa masih ada rahasia lagi yang loe sama papa sembunyikan dari gue?" Roy bertanya, terus terang. Aldebaran tertegun.

"Rahasia apa lagi di rumah itu yang gue nggak tahu, Al?" Roy kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama, namun dengan nada yang lebih tinggi dan menuntut.

"Roy, gue mengerti maksud loe. Gue sama sekali nggak bermaksud nggak menghargai loe di keluarga kita. Fakta tentang apa yang gue bilang tadi malam itu semua baru gue ketahui. Gue nggak berniat menutup-nutupi itu semua dari loe." Jelas Aldebaran.

"Oke, lalu bagaimana sama teror-teror yang sering loe terima selama bertahun-tahun? Sebagai adik loe, gue sama sekali nggak tahu apa-apa, Al. Gue berasa anak ingusan di keluarga kita. Gue seperti orang bodoh yang hanya bisa bertanya-tanya sendiri setiap kali loe ngobrol sama papa." Roy terkekeh sumbang, seolah menertawai dirinya sendiri.

"Atau bahkan jangan-jangan aspri loe jauh lebih tahu banyak tentang loe dibanding adik loe sendiri."

"Loe kenapa sih, Roy?" Aldebaran mengernyit keheranan.

"Loe yang kenapa?" Roy balik memprotes.

"Nggak semua hal di dunia ini perlu loe tahu, Roy. Gue punya privasi yang nggak harus loe tahu semuanya, sama kayak loe, kan?" Mendengar kalimat itu membuat Roy terkekeh geli.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now