LOVEBIRD 36: Obsesi

525 105 30
                                    

"Ada lagi, Tom?" Aldebaran menutup salah satu berkas yang dilapisi map, lalu menyerahkannya pada Tommy.

Atasan dan bawahan itu masih berada di tempat yang sama, yaitu lobby utama apartemen Aldebaran. Sementara itu Elzio baru saja kembali tertidur setelah beberapa menit yang lalu bayi mungil itu menangis kencang. Beruntung, Aldebaran bisa mengatasinya dengan menggendong dan membawanya berjalan-jalan di sekitar tempat itu.

"Sudah Pak, tidak ada lagi." Jawab Tommy sembari menyusun beberapa berkas yang baru saja ditanda tangani oleh Aldebaran.

"Oiya, jangan lupa minggu depan kamu siapkan seluruh pimpinan departemen untuk kita bisa mengadakan rapat besar membahas perihal kandidat CEO pengganti saya. Kamu atur jadwalnya, ya." Perintah Aldebaran.

"Baik, Pak, akan saya laksanakan." Balas Tommy, patuh.

"Yasudah, kamu boleh pergi." Balas Aldebaran, mengalihkan fokusnya pada Elzio yang sedang terlelap. Tommy pun mengangguk, mengerti.

"Saya permisi, Pak."

"Ya." Sahut Aldebaran tanpa melihat Tommy yang akan segera beranjak pergi.

"Pak Tommy sudah mau pergi?" Tiba-tiba suara wanita yang sangat familiar terdengar di telinga Aldebaran, membuat pria itu langsung mendongak untuk melihat.

"Eh, Bu Andin. Iya, Bu, tugas saya sudah selesai." Sahut Tommy dengan sedikit melirik pada pria yang baru saja berhenti di belakang istri bosnya itu.

"Nggak mau mampir ke apartemen kami dulu?" Tawar Andin, sedikit berbasa-basi.

"Tidak usah, Bu, terima kasih. Saya harus lanjut ke kantor."

"Oh iya. Yaudah, hati-hati ya."

"Ya, terima kasih, Bu. Saya permisi."

Sejak menyadari kedatangan Andin, tatapan Aldebaran nampak lekat namun terkesan datar saat melihat sosok orang lain yang berjalan bersama dengan sang istri. Aldebaran lantas berdiri mendekat pada keduanya. Meski sorot matanya terkesan datar, namun Andin bisa melihat ada hawa-hawa yang tak mengenakkan dari tatapan itu.

"Selamat pagi, Pak Aldebaran." Sapa Nick lebih dulu. Aldebaran menatapnya dingin.

"Pagi." Balas Aldebaran.

"Emm, Nick, tas belanjaannya turunin saja, ya. Sampai sini saja, terima kasih sudah membantu." Kata Andin. Nick pun tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Oke." Jawab Nick. Andin melirik Aldebaran sekilas.

"Mas, tadi pas di supermarket aku ketemu sama Nick. Barang belanjaan aku kan banyak banget, terus karena mungkin dia kasihan, akhirnya Nick bantu bawain." Andin mencoba menjelaskan dengan kekehan harap-harap cemas sebab melihat ekspresi dingin sang suami.

"Iya, Pak Al. Saya hanya sedikit membantu Andin yang tadi kelihatannya kerepotan sekali." Timpal Nick. Kening Aldebaran mengernyit. Andin? Sejak kapan pria itu menyebut istrinya dengan panggilan seakrab itu?

"Eh, Bu Andin maksud saya." Nick meralat, merasa tidak enak.

"Ya, saya mengerti. Terima kasih sudah membantu istri saya." Ucap Aldebaran disertai dengan sebuah senyuman yang nampaknya Andin tahu kalau senyuman itu hanya dipaksakan.

"Sama-sama, Pak." Balas Nick dengan tersenyum simpul.

"Kalau begitu, saya pamit duluan, Pak, Bu Andin." Lanjut Nick yang kemudian hanya dibalas dengan anggukan kepala Aldebaran.

"Sekali lagi, terima kasih ya, Nick." Tutur Andin sekali lagi.

"Ya, sama-sama."

Tatapan tajam Aldebaran mengekori langkah kaki Nick yang berlalu pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Andin malah memperhatikan ekspresi suaminya yang sepertinya kurang mengenakkan itu.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now