LOVEBIRD 34: Rumah yang Berbeda

633 117 21
                                    

NEXT>>>>>>>>>>>>>>

Beberapa waktu berselang, keadaan di ruangan milik Damar menjadi hening. Sedikit terdengar isakan tangis dari Rossa yang hanya bisa memeluk bahu sang suami yang tersedu tertahan dalam kesedihannya. Bahunya bergetar. Pria itu hanya mampu menangkup mulut dengan tangannya agar tangisannya tak pecah, meski airmatanya sejak tadi sudah tak mampu ia bendung.

"Al membenciku, Ma. Dia pasti sangat membenciku sekarang." Lirih Damar di tengah isakannya. Rossa hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Aku adalah penyebab dari kehilangannya selama ini. Apa Al akan memaafkanku, Ma?" Damar menoleh sekaan bertanya pada sang istri dengan mata sembabnya. Rossa menatap mata sang suami, dan kembali menggeleng.

"Al sangat sayang sama papa. Dia hanya marah, bukan membenci papa." Jawab Rossa. Damar menghela napasnya, kembali tertunduk.

"Semua itu memang salahku. Seharusnya dulu aku bisa menahan Mas Pram untuk tidak nekat melindungiku. Seharusnya sejak awal aku berani bertanggung jawab atas semuanya. Seandainya, aku lebih berani menghadapi lebih dulu, mungkin Al tidak akan merasakan kepahitan yang selama ini ia alami, Ma. Mungkin Mas Pram masih ada bersama kita sampai sekarang..." Tutur Damar dengan pandangan kosong, seperti sedang mengingat saat-saat sang kakak ipar mengambil keputusan besar yang menjadi puncak kehilangan di keluarga itu.

Belasan tahun silam, di sebuah ruangan besar yang hanya ada Damar dan Pramudya di dalamnya. Itu merupakan ruang kerja Damar yang pada saat itu masih menjadi salah satu pimpinan di sebuah perusahaan tv swasta. Pramudya sengaja datang ke kantor tersebut tanpa menggunakan atribut keperwiraannya sedikitpun untuk memutuskan sesuatu terkait keterlibatan adik iparnya itu dalam kasus yang tengah dihadapi.

"Rossa sudah tahu masalah yang sedang kau hadapi?" Tanya Pram dengan wajahnya yang sejak awal kedatangannya tampak mengetat. Sedangkan Damar hanya mampu duduk di hadapan Pram dengan tertunduk menyesal.

"Sepertinya belum, Mas. Mungkin dia sudah merasa sedikit curiga bahwa aku sedang mangalami masalah. Tapi dalam waktu dekat ini, aku harus memberitahu Rossa." Jawab Damar.

"Jangan beritahu dia. Aku tidak mau dia hancur saat mendengar kasusmu ini."

"Tapi Mas, bukankah Rossa akan jauh lebih hancur saat mendengar berita ini tidak langsung dari suaminya sendiri?"

"Tutup mulutmu! Aku yang akan mengambil keputusan." Cegat Pram membuat Damar mengerutkan keningnya, bingung.

"Besok kau datang saja untuk memenuhi panggilan pemeriksaan. Tapi jangan pernah mengatakan apapun yang bisa menjadikanmu sebagai tersangka. Statusmu harus tetap menjadi saksi."

"Tapi, Mas..." Damar terlihat tidak setuju dengan ide kakak iparnya itu, meski ide itu untuk menyelamatkannya dari kasus tersebut.

"Termasuk pada media, jangan katakan apapun yang dapat menghancurkan reputasimu dan reputasiku." Sahut Pram, memperingatkan. Damar bangkit dari duduknya, mengkuti Pram yang sejak tadi hanya berdiri membelakanginya.

"Aku hanya ingin mempertanggungjawabkan kesalahan yang sudah aku lakukan, Mas. Kenapa Mas Pram seolah memintaku untuk menjadi pengecut?"

Pram membalikkan badannya dengan amarah yang tertahan dari raut wajahnya menatap Damar. Ia mengambil langkah beberapa untuk mendekat pada Damar.

"Perbuatanmu itu yang sudah membuatmu menjadi seorang pengecut!" Pram memperingati lagi dengan matanya yang tajam dan telunjuk yang ia acungkan di hadapan Damar. Damar pun tertegun melihat kemarahan Pram.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now