LOVEBIRD 35: Supermarket

500 103 33
                                    

Di pagi yang sama, di apartemen miliknya, Aldebaran baru saja membuka pintu kamarnya dengan membawa sebuah nampan yang berisi dua helai roti dengan isian telur dan irisan buah alpukat. Tak hanya itu, roti itu juga ditemani oleh secangkir teh yang kelihatannya masih panas.

Tak seperti suasana sendu tadi malam, pagi ini wajah tampannya sudah tampak dihiasi senyuman manis. Wajahnya terlihat segar dan berseri karena sudah mandi pagi-pagi sekali. Pagi ini ia hanya mengenakan setelan baju rumahan yang santai, kaos pendek putih dan celana selutut.

Bersamamu, kita akan taklukkan dunia

Arungi samudera penuh rintangan

Bersamamu, kita akan jalani semua

Jangan takut untuk melangkah bersamaku

Bersamamu, ku akan dicintai dengan tulus

Tanpa ragu, ku akan memberikan cintaku

Bersamaku, kamu tak akan sendu

Yakinkan kamu aku yang terbaik untukmu

(Jaz – Bersamamu)

Aldebaran meletakkan nampan tersebut di nakas di sisi tempat tidur, dimana sang istri masih terlelap di sana. Ia beralih melihat sang buah hati pada boks bayinya. Seketika senyumannya kian mengembang saat mendapati putra kecilnya itu yang sudah terjaga, menggerak-gerakkan tangan dan kakinya disertai gumaman-gumaman kecil.

"Pagi, anak papa." Sapa Aldebaran, lalu mengecupi wajah bayi itu dengan gemas.

"Udah bangun ternyata. Sudah capek ya tidurannya, hem?" Aldebaran melihat pada Andin yang sama sekali tidak terusik.

"Mama masih bobok, sayang. El sama papa dulu, yuk."

Dengan penuh hati-hati, Aldebaran mencoba mengambil posisi Elzio ke dalam gendongannya. Meskipun terlihat masih kaku, namun Elzio nampak nyaman saja berada dalam gendongan pria itu. Mata kecilnya terbuka sipit dengan mulut yang seolah sedang mengunyah.

"Gantengnya anak papa, meskipun belum mandi, hihii." Puji Aldebaran. Elzio hanya memandangi pria itu dengan satu kepalan tangannya yang ia hisap.

"Kita ketemu matahari dulu, yuk, biar nggak ganggu mama di sini." Ucap Aldebaran dengan sedikit berbisik, seolah sang buah hati mengerti dengan apa yang ia katakan.

Aldebaran membuka pintu kaca balkon kamar mereka. Namun sebelum itu ia tak lupa mengambil kacamata hitam Elzio yang selalu menemani si kecil saat akan berjemur di pagi hari. Ia tidak menggunakan stroller sebab ia ingin menikmati pagi yang cerah itu sambil memeluk malaikat kecilnya.

Lima menit berselang, Andin yang masih meringkuk dengan selimutnya mulai terusik dengan pencahayaan yang kian terang. Begitu mulai membuka mata, ia langsung sadar bahwa Aldebaran sudah tidak ada di sampingnya. Sambil menguap, ia pun bangkit untuk duduk, masih dengan matanya yang belum terbuka sempurna.

"Sudah jam berapa, ya?" Gumamnya, lalu melihat ke arah jam dinding di kamar mereka.

"Sudah jam tujuh ternyata."

"Mas Al mana, ya?"

Pandangannya menangkap kondisi pintu balkon yang terbuka, namun dari kejauhan ia tak melihat Aldebaran di sana. Andin menyeka selimutnya untuk bergegas beranjak dari tempat tidur. Tetapi pergerakannya terjeda saat melihat nampan di atas nakas yang berisi menu sarapan sederhana, roti dan secangkir teh.

Senyum Andin merekah. Ia meraih secangkir teh itu dan menghirup aroma hangatnya terlebih dahulu. Wanginya manis dan segar. Andin hapal betul bahwa teh itu merupakan teh apel yang beberapa kali pernah dibuatkan sang suami untuknya. Sepertinya pria itu hanya bisa membuat apple tea semacam ini. Andin menggelengkan kepalanya dengan sedikit terkekeh.

Forever After Season 2 (LOVEBIRD)Where stories live. Discover now