PROLOGUE

53 9 2
                                    

Austin, Texas - Amerika Serikat

"Kalau kamu merasa keberatan dengan aturan rumah ini, merasa tertekan dan tidak bebas dengan semua aturan saya, silahkan keluar dari sini! Jika kamu ingin bebas, bukan disini tempatnya, Zura!" Suara bariton milik Samuel menggema di seluruh penjuru Mansion.

"Semua tempat ada aturan!"

Seorang gadis berusia 19 Tahun menatap sang Ayah dengan mata berkaca-kaca. Air matanya sudah beberapa kali menetes, namun gadis cantik itu mengelap nya dengan kasar menggunakan telapak tangan halus miliknya.

"Sudah, Samu. Cukup!" Tegur Ingrid—wanita 38 tahun itu berjalan menuruni tangga menuju suami dan putrinya.

"Jangan membelanya! Jika selalu seperti itu dia akan terus membuat masalah!" Samuel menunjuk wajah putrinya. Ada tatapan kekecewaan saat Samuel menatap Zura. Ada perasaan gagal dan kecewa saat ia harus menerima fakta bahwa dia gagal untuk mendidik putrinya menjadi seorang perempuan yang paham akan norma kehidupan. Zura selalu ingin bebas, dia terlalu merasa tinggi untuk hidup dengan aturan. Memiliki seorang anak perempuan bukan hal muda untuk Samuel. Dia harus benar-benar menyiapkan seluruh hidupnya untuk mendengarkan pandangan orang lain terhadap putri semata wayangnya.

"Kau Ayahku! Bukan Tuhan! Kenapa kau selalu ingin mendominasi hidupku!" Teriak Zura histeris.

"Semua yang ku lakukan demi dirimu sendiri, Azura Elen!"

"Semua ini hanya untuk penilaian orang lain terhadap keluarga kita! Bukan untuk diriku, Ayah!"

Dan Inilah Zura, si gadis keras kepala yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Prinsip hidup gadis itu benar-benar hidup untuk dirinya sendiri, dan merasa hidup dengan kebebasan adalah pilihan terbaik, padahal tidak sama sekali. Itu adalah sebuah kesalahan.

"Aku tidak pernah suka memakai gaun ini, Ayah!" Azura menarik kain gaun putih yang ia pakai "Aksesoris ini!" Zura melepaskan semua benda yang melekat pada bagian dirinya. Dimulai dari Cincin, Gelang, dan berkahir pada Kalung berliontin kupu-kupu yang dibelikan sang ayah saat dia berulang tahun diumur 10 tahun. Setelah itu ia lemparkan kearah sang Ayah, dan mengenai tubuh pria 42 tahun itu.

"Jaga sikapmu, Zura!" Ingrid menatap tajam putrinya.

"Aku memang seperti ini, aku bukan putri yang selalu kalian dambakan! Tidak ada keanggunan dalam diriku yang selama ini kalian harapkan!" Teriak Zura berani, ia sudah cukup muak berada di dalam tekanan selama ini, dan hari ini adalah hari dimana ia ingin melepaskan segala tekanan yang ia pikul dipundaknya sejak kecil.

Zura melepas high heels yang ia kenakan "Aku benci kalian!" Teriaknya. Zura berbalik setelah mengatakan itu. Segera berlari keluar dari Mansion megah yang ia huni belasan tahun. Tapi tepat di pintu keluar Zura tak sengaja bertubrukan dengan laki-laki yang umurnya lebih satu tahun darinya, Gastan. Laki-laki itu pasti datang untuk menemui Zura.

Zura menatap Gastan sebentar, namun setelahnya ia langsung melanjutkan langkah kakinya untuk meninggalkan tempat yang ia rasa adalah penjara untuk hidupnya.

"ZURA!"

"Jangan mengejarnya, Gastan!" Pinta Samuel.

"Tapi Paman—"

"Biarkan saja dia pergi! Biarkan dia bebas sesuai keinginannya!"

.
.
.

Hi, Babies! Ketemu lagi sama aku di New Story. Kalian bisa cek Instagram @e.nvstar untuk informasi lengkap mengenai Goddess College & Giocare Per Amore E Morte, ya! See u Next Part, Babies —🌒🪐👽🍳🥪

.
.
.

To Be Continued..

Goddess College Onde histórias criam vida. Descubra agora