10). Pseudo Sentiment

12 7 0
                                    

Masih terdengar sampai disini
dukaMu abadi. Malam pun sesaat terhenti
sewaktu dingin pun terdiam, di luar
langit yang membayang samar

kueja setia, semua pun yang sempat tiba
sehabis menempuh ladan Qain dan bukit Golgota
sehabis menyekap beribu kata, disini
di rongga-rongga yang mengecil ini

kusapa dukaMu jua, yang dahulu
yang meniupkan zarah ruang dan waktu
yang capai menyusun Huruf. Dan terbaca;
sepi manusia jelaga

Semua murid yang ada dikelas Gerry bertepuk tangan saat Profesor mereka baru saja selesai membacakan puisi dari salah satu penyair Indonesia menggunakan bahasa inggris agar lebih dipahami murid muridnya.

Gerry menutup buku puisi tersebut lalu menatap para satu persatu gadis-gadis cantik yang ada dikelasnya siang ini.

"Puisi berjudul 'PROLOGUE' ini adalah puisi milik Sapardi Djoko Damono, penyair asal Indonesia.. yang karya karyanya mendunia."

"Dan puisi Ini adalah salah satu contoh dari berturut-turut tiga buah puisi yang terdapat dalam, DukaMu Abadi. Dua lainnya adalah 'Sajak Putih' dan 'Hari Pun Tiba'. Yang kesemuanya sarat oleh repetisi."

"Setelah kalian mendengar syair puisi tadi.. izinkan saya bertanya pada kalian semua.." Gerry tersenyum.

"Baik, Profesor.." Serentak mereka kecuali Azura yang kini menguap karena merasa bosan hingga rasa bosan itu membuat dirinya mengantuk.

"Nona Elen."Azura membelalak kaget dan langsung menenggaknya tubuhnya kembali "Ya, Profesor?!"

Gerry tersenyum kearah nya "Ada repetisi apa saja yang didapat dari puisi 'Prologue' .. ?"

"H,hah?"

Gerry mengangguk "Aku baru saja membaca puisi, apa kau tidak mendengar nya, Nona Azura Elen?"

Zura menggeleng pelan seraya menyengir.

"Berdiri." Pinta Gerry dan langsung dituruti oleh Zura, gadis itu langsung berdiri ditempat nya.

"Apa yang kau ingat saat masuk ke kelasku?"

"Makan siang!"

Gerry memejamkan matanya menahan kesal, lalu menunjukkan senyum nya kembali, inilah yang membuat Gerry malas mengajar diantara jam makan siang. Dia sangat senang saat mengajar dikelas lain pada pagi dan sore hari, namun di kelas siang Gerry benar-benar ingin menghindari nya. Para gadis-gadis itu pasti sudah tidak lagi fokus untuk belajar karena rasa kantuk dan lapar hingga membuat mereka tidak konsentrasi mengikuti pelajaran.

"Aku tidak akan membiarkanmu makan siang sampai kau bisa menjawab pertanyaan ku."

"HAH?!!! Prof! orangtuaku membayar mahal untuk mendaftar, kenapa kau harus melarang ku makan siang!" Kesal Zura seraya menunjuk nunjuk Gerry. Sedangkan yang ditunjuk hanya bisa diam mengelus dadanya.

"Maka jawablah pertanyaan ku.." Gerry mencoba setenang mungkin..

"Kalau begitu prof harus mengulang membacanya." Balas Zura dengan sedikit nada kesal yang masih melekat.

Gerry mengangguk dan tersenyum "Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mengulang untuk ketiga kali." Ucap Gerry penuh penekanan dan diakhiri dengan tatapan sengit saat menetap Zura, namun setelah itu ia langsung menormalkan kembali ekspresi wajah nya dan mulai membaca ulang tiap syair puisi untuk murid kesayangan (yang paling bisa bikin stress, maksudnya) semua Profesor.

Masih terdengar sampai disini
dukaMu abadi. Malam pun sesaat terhenti
sewaktu dingin pun terdiam, di luar
langit yang membayang samar

Goddess College Where stories live. Discover now