24). Héritage

20 7 0
                                    

"Semua tanpa terkecuali?" Gastan mengulang ucapan Brio Austren pengacara keluarga Elen

Pria 47 tahun itu mengangguk "Tuan, Samuel sudah menuliskan surat wasiat ini jauh sebelum dirinya meninggal. Dia memberikan semua aset nya untuk, Nona Zura, karena Zura, adalah satu-satunya pewaris."

"Tapi dia terlalu muda untuk menjalankan semua bisnis Ayahnya. Usianya masih sangat muda, dia baru saja menginjak usia dua puluh satu tahun, Brio. Ini tidak mudah." Gastan ingat betul bagaimana rasanya berbisnis diusia muda, Ayahnya sudah lebih dulu memberinya tekanan bisnis, jadi ia tahu bagaimana sulitnya itu.

Gastan harus membagi waktunya antara kuliah dan bekerja. Bekerja dengan rasa tidak ikhlas karena pekerjaan itu tidak pernah ia inginkan. Jika saja Ghandra tidak menolak untuk meneruskan bisnis itu, mungkin Gastan tidak akan menjadi tumbal seperti sekarang.

Namun Ghandra tetap pada pendiriannya untuk menjadi seorang Chef dan tak ikut andil dalam urusan bisnis keluarga mereka.

"Tapi perusahaan butuh pemimpin, Tuan. Semua aset sudah dibalik nama atas nama Azura Elen, sejak satu tahun lalu. Termasuk kepemilikan rumah ini."

"Apa seseorang tidak bisa membantu nya?"

"Mungkin bisa, Tuan. Jika Nona Zura menunjuk seseorang secara resmi untuk menggantikan posisi nya sementara waktu sampai dia merasa siap dan pantas untuk meneruskan semua perusahaan, Ayahnya."

"Biarkan, Gastan yang mengurus nya." Brio dan Gastan menoleh ke sumber suara. Zura baru saja keluar dari lift dengan mata sembab dan wajah pucatnya. Gadis itu menolak makan sejak pemakaman Ayah dan Ibunya dilaksanakan dua hari lalu.

"Sayang, aku tidak akan bisa mengurus ini." Jujur Gastan. Dia sudah mengalami banyak masalah di perusahaannya sendiri dan dia benar-benar tidak mungkin sanggup untuk terikat lebih banyak lagi pada bisnis lain.

"Lakukan untuk beberapa bulan, sampai aku kembali lagi dari, Paris."

Gastan menoleh, laki-laki itu menggenggam tangan gadis yang kini sudah duduk disampingnya "Kamu masih mau melanjutkan pendidikan mu, disana?"

Zura mengangguk "Ayah membayar mahal untuk itu, aku tidak mungkin keluar begitu saja dan melanjutkannya di Texas. Biaya pendaftaran sudah tidak bisa dikembalikan."

Gastan mengehela nafas panjang "Apa kamu yakin menunjukku untuk ini, Zura?" Laki-laki itu memejan matanya sesaat

"Bahkan jika kamu yakin..." Gastan menggeleng pelan "Aku yang tidak yakin dengan diriku sendiri untuk membantu mu mengurus bisnis ini."

"Biarkan aku belajar terlebih dahulu sebelum aku mencobanya-"

"-Tapi aku juga tidak sanggup mengurus lebih banyak lagi." Jelas jika Gastan menolaknya. Bukan karena tidak kasihan pada kekasihnya, tapi karena dia sudah menerima begitu banyak pressure dari perusahaan nya sendiri, jika Gastan keluar sebagai pemimpin baru dari perusahaan Samuel Elen, ia yakin namanya akan kembali menjadi perbincangan publik, sama seperti apa yang terjadi beberapa tahun lalu, dimana Gastan disebut sebut menendang Kakaknya sendiri dari perusahaan agar menjadi pimpinan mutlak.

"Ini terlalu cepat untukku, Gastan. Aku mohon.." Zura menggenggam tangan kekasihnya dengan tatapan memohon. Gastan nampak tak hanyut dengan tatapan memohon kekasihnya, namun saat melihat gadis itu terus memohon membuat laki-laki muda itu akhirnya luluh juga. Gastan mengangguk bersamaan dengan hembusan nafas berat yang keluar dari bibirnya.

"Oke..." Gastan mengusap kepala kekasihnya lembut dengan seulas senyum menenangkan yang ia tunjukkan "Aku akan mengurus nya untukmu, sementara."

Zura tersenyum dan memeluk kekasihnya, dan pelukan itu dibalas oleh Gastan, bahkan laki-laki itu mengecup puncak kepala Zura, ada rasa tenang saat Gastan berada didekat Zura, dan begitu juga sebaliknya, mereka sudah saling memiliki sejak lama, tak heran jika keduanya saling membutuhkan dalam kehidupan masing-masing.

Goddess College Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang