1). Sacrifice D'amour

32 9 0
                                    

Bandung, Indonesia | 2 Later Years

Mobil Rolls-Royce Phantom Limo berwarna putih baru saja berhenti tepat didepan sebuah gang sempit. Gang itu hanya bisa di akses dengan cara berjalan kaki. Seorang laki-laki kemudian keluar dari mobil Limousine mewah setelah sang supir membukakan nya pintu.

Terdengar helaan nafas berat dari bibir laki-laki berusia 22 tahun itu. Dia sangat rapi dengan setelan jas berwarna merah muda dan sepatu pantofel, itu benar-benar memberikan kesan mahal melekat jelas pada dirinya. Lalu apa yang akan di lakukan di gang sempit seperti ini? Bukankah ini sama sekali bukan wilayahnya?

Laki-laki dengan nama lengkap Gastan Hilton itu menoleh kebelakang, tangan nya bergerak mengambil alih sebuah paperbag berwarna cokelat yang di pegang oleh salah satu anak buahnya.

"Tunggu, Disini." Pinta Gastan pada seluruh orang-orangnya.

"Baik, Tuan."

Gastan mengangguk, laki-laki tampan itu mulai melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam gang sempit itu. Dengan perasaan kesal, dia memiliki alasan untuk kesalnya. Helaan nafas terdengar berkali-kali saat Gastan menyusuri gang itu, ingin sekali rasanya segera sampai pada ujung gang.

"Regarde les changements drastiques en toi, ma chère... Lihatlah perubahan drastis dirimu, sayang..." Monolog Gastan.

"Bagaimana bisa seorang putri konglomerat seperti mu berakhir disini." Gastan berdecih diujung kalimat.

Dia terus melangkahkan kakinya dengan berat hati masuk kesana, hingga akhirnya berhenti didepan sebuah bangunan kecil dengan cat kuning lusuh. Tangan nya bergerak untuk mengetuk pintu cokelat yang terlihat sudah usang.

"Sayang, Kamu didalam?"

"Say—"

'Brakk'

Gastan dengan spontan membalikkan tubuhnya saat mendengar sesuatu jatuh tepat dibelakangnya.

"Gastan..."

Gastan tersenyum. Akhirnya dia bisa tersenyum setelah merasa tidak enak hati saat melewati lorong gang. Gastan merentangkan kedua tangannya saat melihat Zura ada disana.

Azura Elen, gadis cantik itu berlari kearah Gastan setelah menjatuhkan bungkusan makanan di tangannya tadi. Berlari kearah seseorang yang kini sudah menyambut dirinya dengan sebuah pelukan hangat.

Zura memeluk erat Gastan, begitupun sebaliknya.

"I miss you, so much.."

"I miss you so much, too."

Keduanya melepaskan pelukan saat dirasa cukup. Senyuman indah terukir jelas pada wajah keduanya, beberapa bulan ini Gastan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengunjungi Zura. Dia memiliki banyak masalah di beberapa perusahaan milik keluarganya, dan itu terjadi di beberapa negara sekaligus.

Gastan mengusap pipi Zura. Pipi itu masih sangat mulus walaupun sudah tidak di rawat lagi akhir akhir ini "Melihat mu sedekat ini bahkan belum bisa mengobati rinduku."

Gastan mendekatkan wajah mereka hingga Zura bisa mencium aroma lemon mint menguar dari celah bibir Gastan yang sedikit terbuka. Bibir laki-laki itu sudah hampir mencapai target jika saja Zura tidak menahan bibir Gastan dengan jari telunjuknya.

"C'est l'Indonésie, chérie. ini Indonesia, sayang."

Gastan tersenyum. Ia menyingkirkan tangan Zura dari bibirnya, lalu beralih mengecup pipi kekasihnya "Kalau begitu ini sudah cukup."

Zura terkekeh geli, gadis itu segera menarik diri dan melangkah mendahului Gastan untuk membuka pintu usang yang akan memperlihatkan kondisi tempat tinggalnya selama dua tahun terakhir. dengan cekatan tangan lentiknya memutar kunci hingga pintu terbuka.

Goddess College Where stories live. Discover now