5). Le début de la chute

17 7 0
                                    

"Pelan-pelan.." Milan dengan cekatan membantu Zura saat gadis itu hendak merubah posisinya menjadi duduk.

Zura baru saja sadar dari pingsannya.

Hanya ada Milan dan Zura disini. Itu karena profesor lainnya harus mengajar, sedangkan Milan? Ia digantikan oleh Sir. karya , jadi dirinya bisa menemani Zura disini. Sejujurnya, Milan tidak pernah mau untuk berada dikamar seorang gadis seperti ini ini sama saja melanggar privasi gadis itu, ia lebih baik menjaganya di ruang perawatan. Namun ada beberapa masalah di ruang perawatan, dan para Dokter juga di liburkan, jadi Milan tidak punya pilihan lain.

"Sudah lebih baik?" Milan memastikan.

"Yes.. I think so.."

Milan mengangguk. Laki-laki 25 Tahun itu mengambil semangkuk bubur dan segelas air hangat yang ada dimeja. Setelah itu dia kembali mendekat dan mendudukkan dirinya ditepi ranjang.

"Kami mengira, kalau kau pingsan karena kaget dengan semua harga yang di sebutkan tadi.." Milan tersenyum geli. Tangan nya mulai mengaduk bubur yang ada pada mangkuk ditangannya agar menyatu dengan bumbunya.

"Tapi ternyata karena Stomach Acid mu kabuh."

"Tapi aku juga kaget saat mendengar harga barang barang itu, Profesor."

"Buka mulutmu.." Milan mulai menggerakkan tangan nya untuk menyuapi Zura.

"Kau bukan satu-satunya murid yang aku suapi saat sakit, anggap saja aku sebagai perawat mu sekarang." Milan tekekeh geli saat melihat ekspresi canggung Zura "Buka mulutmu.." Zura mengangguk pelan lalu membuka mulutnya perlahan menerima suapan Milan.

"Kenapa kau harus kaget dengan harga yang kami berikan?" Milan melanjutkan pembicaraan.

"Harga nya terlalu mahal Prof!.."

"Kau satu-satunya murid yang menilai kalau itu mahal, Zura.." Milan menggeleng "Sebelumnya.. tidak ada satupun yang protes tentang harga yang dilabeli perguruan kami. Apalagi putri Konglomerat seperti mu.." Milan kembali menyuapi Zura kesekian kalinya

"Aku tidak pernah suka hidup mewah."

Milan tersenyum "Semua orang ingin merasakan bagaimana menjadi dirimu Zura, kau harusnya bersyukur."

"Tapi aku lebih suka hidup tanpa itu semua, Prof. Aku juga tidak pernah mau menjadi seorang putri yang sempurna."

"Pikiran mu terlalu dangkal jika mendefinisikan kehidupan mewah mu bukanlah kebahagiaan secepat ini—"

"Uang tidak bisa membeli kebahagiaan Prof—"

"Kau memiliki kesalahpahaman di pikiranmu semalam ini." Milan terkekeh

"Apa maksud perkataan mu, Prof?" Zura menaikkan sebelah alisnya.

Milan menggeleng, enggan untuk melanjutkan topik pembicaraan mereka "Lalu kenapa kamu berada disini sekarang, kau akan berubah menjadi seorang dewi saat keluar dari sini, sedangkan di pangkat an putri saja dirimu merasa tidak bahagia."

Zura mengehela nafasnya panjang "Demi masa depan ku.."

Milan tersenyum "Réponse parfaite.. jawaban yang sempurna.."

"Buburnya sudah habis.." Milan menyodorkan segelas air hangat untuk Zura saat gadis itu sudah menyelesaikan makan nya "Sudah lebih baik, Kan?" Milan memastikan lagi.

"Aku baik-baik saja, Prof..."

"Kalau begitu mandi dan gunakan waktu istirahat mu dengan benar. Dan, datanglah ke ruang makan untuk makan malam. kau tidak bisa terus mengabaikan jam makan mu, Zura."

Goddess College Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang