7). Profesor Dewa

13 7 0
                                    

21:15

"Jangan terlalu fokus berkerja, Gwenn. Perhatikan makan mu." Dewa mengingatkan.

"Sebentar lagi.."

Dewa menghela nafas jengah laki-laki itu sudah habis kesabaran. Ia mengambil nampan tempat makan yang ada di atas meja kekasihnya, Dewa membuang semua makanan itu du tempat sampah.

"Itu sudah tidak layak." Dewa masih mengontrol intonasi suaranya walaupun wajah kesalnya terlihat sangat jelas "Aku harus melanjutkan skripsiku. Kurasa kelulusan S2 ku lebih penting daripada menunggumu disini." Dewa keluar dari ruangan Dekan, sebelum emosi nya semakin memuncak.

'Ting'

"Apa lagi ini!" Dewa menghela nafas jengkel, dan langsung melihat notifikasi pada layar ponselnya.

Milan Trvien:
Jangan lupa mengajak Azura berkeliling.

"jesus.." Dewa bergumam pelan "Aku melupakan nya.." Laki-laki dengan piayama berwarna abu-abu yang dilapis dengan sebuah cardigan rajut berwarna putih itu berlari meninggalkan asrama para pengajar untuk mencari Zura.

Dan..

Untung saja..

Dewa langsung menemukan Zura yang berjalan sendiri ditengah kerumunan siswi lain.

"Milan sudah pulang."

Zura tersentak kaget, ia langsung menoleh kesamping dan mendongakkan kepalanya untuk menatap laki-laki dengan tinggi 190cm tersebut.

"Profesor Dewa?"

Dewa tersenyum, hingga lagi-lagi menunjukkan senyum tiga jarinya. Mood laki-laki itu sangat cepat berubah, itu karena Dewa merasakan energi positif saat melihat Zura.

"Milan ada urusan mendadak diluar. Jadi, Tidak apa kan kalau aku yang mengajakmu berkeliling?"

"Itu jika Professor tidak keberatan.."

"Ayo.."

Dewa berkali-kali terkekeh saat berjalan berdampingan dengan Zura. Gadis itu sangat pendek darinya,.

"Kenapa Prof tertawa?" Zura menoleh curiga.

Dewa menggeleng "Tidak, aku hanya ingin."

"Apa karena Prof lebih tinggi dari ku?!"

Dewa tertawa geli "Aku tidak mengatakan apapun, Zura."

"Ah! Professor Dewa sama saja dengan Profesor Milan, menyebalkan!"

"Oke-oke, Aku minta maaf.."

Zura memalingkan wajahnya dari Dewa hingga membuat Dewa lagi-lagi terkekeh karena merasa gemas dengan gadis ini. Oh, bahkan milik orang lain memang akan terlihat lebih menarik dari milik sendiri.

"Ngomong-ngomong, Zura... Apa first impression mu saat sampai disini?" Dewa memulai mengalihkan pembicaraan sebelum gadis cantik itu lebih Moody's lagi.

"Menyenangkan.." Balas Zura senang "Namun tidak saat aku sudah masuk kesini."

"Kenapa? Apa yang salah?"

"Jangan berpura-pura tidak tau profesor, kau yang menotalkan semuanya tadi siang." Kesal Zura.

"Ah.." Dewa tekekeh geli "Benar.. tapi kenapa kau harus kaget dengan harga harganya?"

Zura melirik sinis kearah Dewa "Profesor Dewa sama saja dengan Profesor Milan."

Dewa benar-benar di buat terkekeh geli oleh Zura "Aku minta maaf.."

Goddess College Where stories live. Discover now