25). CEO OF THE YEAR

35 7 0
                                    

Austin, Texas—Amerika Serikat

"kau yakin?" Tanya Berlin memastikan. Tangan gadis itu sibuk merapikan dasi yang dipakai oleh Gastan. Dilanjutkan membantu laki-laki itu untuk memakainya jasnya.
Gastan hanya diam saat mendengar pertanyaan Berlin barusan. Laki-laki itu menatap keluar jendela untuk memandang indahnya Texas yang mampu menenangkan sedikit gemuruh pada hatinya.

Namun perlahan laki-laki itu menggeleng "Aku tidak tahu." Jawabnya berat "Terlalu banyak kejutan untukku akhir-akhir ini."

"Salah satunya aku.."

Gastan menoleh untuk menatap Berlin "Jangan membahasnya lagi. Aku sudah mulai menerima ini. Aku yakin tuhan akan memberikan kita sesuatu yang indah setelah badai ini, Lin."

Berlin tersenyum "Terimakasih."

"Sekarang yang bisa kita lakukan.. hanyalah melanjutkan hidup. Tuhan sudah menggariskan nya untuk kita. Berarti dia juga tahu kalau kita sanggup melewatinya."

"Tuan, Sudah waktunya." Gastan dan Berlin menoleh kearah seorang berjas hitam yang baru saja membuka pintu berlapis emas. Pintu mewah nan megah yang menjadi akses keluar masuk ruangan president di perusahaan ini.

Berlin mengusap punggung Gastan dengan tangan halusnya dan hal itu membuat dapat membuat Gastan merasa mendapat dukungan dari orang lain. "Pergilah." Kata Berlin lembut.

"Kau akan menyusul ku?"

Berlin mengangguk "Aku akan menyusul mu."

Gastan mengangguk lagi. Ia melangkahkan Kakinya mengikuti sang Bodyguard setelah itu. Punggung tegap nan tegas itu keluar dari ruangan President. Dikawal oleh beberapa orang dibelakang dan didepannya. Membawanya keluar dari Zona nyaman dan bertemu banyak wartawan yang kini langsung beramai-ramai memotretnya saat Gastan sampai diruang Konferensi Pers. Suara jepretan kamera beradu dengan terangnya cahaya flash yang menyilaukan mata.

Gastan langsung diarahkan menuju mimbar, tempat dimana dia harus berdiri untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada banyak nya wartawan yang hadir pagi ini. Saat Gastan sampai didepan, para wartawan juga sudah duduk rapi ditempat yang sudah disiapkan.

"Tuan Gastan, Kenapa anda yang berada disini hari ini, kemana Nona Azura atau keluarga terdekat lainnya?" Sambar salah satu wartawan langsung.

Gastan menoleh kearah wartawan wanita tersebut "Karena, saya. Yang ditunjuk, dan direkomendasikan untuk hadir hari ini."

"Lalu bagaimana dengan kasus kecelakaan Tuan Samuel? Apa ada perkembangan tentang kasusnya?" Sambar yang lainnya.

Gastan berdehem "Untuk saat ini, saya tidak bisa mengatakan apapun tentang kecelakaan. Polisi masih menyelidiki kenapa kecelakaan itu bisa terjadi. Tapi Investigasi sudah mengalami beberapa kemajuan."

"Apakah benar kecelakaan Tuan Samuel sudah direncanakan oleh pihak lain karena di motivasi oleh bisnis ilegal yang dia lakukan?" Tanya para wartawan lagi.

Gastan tersenyum "Benarkah, begitu?" Tanyanya dengan nada rendah. Seolah sedang memendam amarah yang mulai tersirat dari garis wajah tegasnya. Tanpa disadari Gastan mengeratkan pegangannya pada ujung mimbar.
Apa yang dinilai oleh publik tentang Samuel Elen, sebenarnya? Sejak kapan pria itu memiliki bisnis ilegal? Yang benar saja. Rumor apa yang sedang dibuat oleh publik tentang kematian pria baik sepertinya.

"Bisakah anda memberitahu saya siapa pihak lain yang yang merencanakan kecelakaannya? Lalu, bisnis ilegal apa yang anda bicarakan? Konflik bisnis macam apa itu? apa yang sedang terjadi diluar sana dan saya tidak mengetahuinya? Tolong jelaskan. Saya sangat penasaran dan ingin mendengarnya lebih jelas dari anda, mungkin itu akan berguna untuk penyelidikan. Jika anda memiliki informasinya, dan memiliki banyak bukti yang kuat mengenai kecelakaan mereka tolong serahkan itu pada polisi. Kami membutuhkan bantuan, bukan hanya fiktif belaka."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Goddess College Where stories live. Discover now