✧04: Flashback 1✧

1.9K 79 1
                                    

Enjoy and Happy Reading...

✧(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧

Langit pergi menemui Sivani. Sesampainya disana, ia menemukan Putranya yang tengah tertidur.

"Dia kelelahan karena nangis terus." Ucap Sivani.

"Sorry ya, Kak. Gara-gara gue, lo malah harus nenangin Rakael yang nangis."

"Gak papa, Lang. Saran aku, kendaliin emosi kamu didepan Rakael. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti segalanya." Jelas Sivani yang dianggukin oleh Langit.

"Gue balik duluan ya, Kak." Sivani mengangguk dan membiarkan Ayah mudah itu membawa Putranya pergi.

✧✧✧

Sesampainya Ziel di Rumah. Ia langsung masuk kedalam kamarnya, merebahkan tubuhnya diatas kasur. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar.

Ia masih memikirkan kejadian tadi. Tentang bagaimana marahnya Langit, saat mendengar balita itu memanggil dirinya Mama.

"Sebenarnya apa yang membuat Langit membenci gue. Perasaan gue gak pernah buat salah." Gumamnya yang masih tidak mengerti.

Bohong, kalau Ziel membenci laki-laki itu. Karena kenyataannya, dia masih mengharapkan laki-laki itu kembali. Tapi sayangnya, dia udah punya wanita lain.

Flashback ke 2018

Canada

Ini adalah hari pertama Ziel menginjakan kakinya di Kanada. Ia memanfaatkan waktu dua Minggunya untuk berlibur di Kota Tantenya.

"How was the trip?" tanya seseorang yang baru saja tiba di Bandara.

"Cukup melelahkan." Balasnya.

"I really feel sorry for Auntie's nephew. Sekarang kita bergegas pulang." Ucap Aunty Alesha.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke Kota Toronto. Alesha membantu Ziel membawa Kopernya. Tak lama, seorang anak perempuan dan laki-laki berumur 30-an keluar dari dalam Rumah.

"My sister finally came too." Ucap Gween dengan bahagia.

"Nice too meet you, Gween." Ucap Ziel memeluk keponakannya itu.

"Hallo, Uncle William." Sapa Ziel pada suami Alesha.

"Hallo, kamu sudah sangat besar. Uncle sampai tidak mengenalinya."

"Dia sudah jadi gadis remaja, Will. " Seru Alesha.

"Ayo Kak Ziel, kita masuk." Ajak Gween.

Ke-empatnya mulai memasuki rumah Alesha dan William. Rumahnya cukup besar, dengan model klasik modern ala Eropa.

"Gween, jangan buat Ziel merasa kelelahan. Dia baru saja tiba, biarkan dia istirahat." Tegur William.

"Dad, aku cuma mau ajak Kak Gween lihat-lihat kamarku." Balasnya.

"Dia butuh istirahat. Masih ada waktu buat kamu dan Ziel bersenang-senang." Ucap Alesha.

Love and Revenge ( End )Where stories live. Discover now