✧27: Setitik cahaya✧

1.4K 52 3
                                    

Enjoy and Happy Reading...

✧(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧

Sejak pertemuan Murel dan Ziel, Murel mulai menunjukan perubahannya. Dari hari ke hari Murel sudah mulai tersenyum dan berbicara.

Bahkan, ia sudah tidak lagi melamun dan berteriak.

"Selamat siang, Kak Murel!" Sapa Ziel sesampainya ia dihalaman belakang Rumah Fara.

"Siang juga, Ziel." Balasnya diakhiri senyuman.

"Gimana sama terapinya?" tanya Ziel pada Psikiater Murel.

"Murel sudah mulai menunjukan perubahannya. Itu juga karena faktor orang-orang terdekatnya." Sahutnya.

"Aku ikut senang dengernya." Sahut Ziel.

"Kalau begitu aku pamit untuk pulang." Ujarnya."Murel, aku pulang dulu, ya. Satu hal yang harus kamu ingat terus, jangan stres. Pokoknya hindari apapun yang buat kamu stres. Pikirkanlah hal-hal yang buat kamu bahagia." Pesan Rosa sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Jangan stres." Ulang Ziel yang mendapati anggukan dari Murel.

"Kamu bawa apa?" tanya Murel saat menyadari Ziel membawa sebuah Paper bag.

Ziel segera mengeluarkan benda yang ada di dalam Paper bag itu."Aku buatin Kakak Puding Mangga. Dulu saat Kak Murel masih sama Jaemy, dia selalu bilang ke aku kalau Kakak suka banget sama Puding Mangga."

Mendengar nama Jaemy, raut wajah Murel langsung berubah. Hal itu disadari oleh Ziel, ia pun segera meminta maaf pada Murel.

"Maaf, aku gak sengaja ngungkit hal itu." Sesalnya.

Murel segera memegang tangan Ziel,  dan mengelusnya dengan pelan."Tidak papa, itu sudah berlalu sangat lama." Jawabnya dengan diakhiri senyum tipis.

"Aku mau nyobain Pudingnya." Ucap Murel mengalihkan pembicaraan mereka.

Ziel langsung mengambil Sendok dan membuka tutup Box Pudingnya. Ia pun segera memberikannya pada Murel.

Murel segera mencoba Puding yang diberikan Ziel."Ini enak banget loh. Boleh buat aku semuanya?" Ziel langsung mengangguk mengiyakan.

Setelah itu keduanya mulai mengobrol banyak hal. Hingga Puding yang dimakan Murel pun habis tanpa sisa.

"Kakak tau, besok adalah hari Wisudanya Langit." Ucap Ziel yang membuat Murel antusias.

"Benarkah? Kalau begitu kita harus datang. Dia seperti menghindariku beberapa hari ini." Ujarnya agak sedih.

"Bukan menghindari, mungkin dia sedang ada kesibukan lain." Jelas Ziel.

"Tetap saja dia seperti tidak mau menemuiku."

"Sudahlah Kak jangan dipikirkan lagi. Ingat kata Dokter Rosa, Kakak gak boleh stres." Murel pun berdehem pelan sebagai jawabannya.

✧✧✧

Keesokan harinya...

"Langit!" Panggilnya.

Langit mulai menolehkan pandangannya pada orang yang memanggil namanya. Senyum terbit dibibirnya, orang itu segera memeluk tubuh tegap Langit.

"Selamat ya, akhirnya kamu lulus juga. Kakak ikut senang." Ujarnya dengan nada bahagia.

"Terima kasih." Jawabnya.

Murel mulai melepaskan pelukannya."Mama, Papa gak hadir?" tanyanya.

Ekspresi wajah Langit berubah datar, ia tak bisa menjawab pertanyaan Murel. Hubungannya dengan David sudah lama berakhir. Sejak ia mengacaukan Pertemuan waktu itu.

Love and Revenge ( End )Where stories live. Discover now